Ketika teriakan “Pakeeet” bergema, dunia
langsung berbunga-bunga. Akhirnya buku yang masa kelahirannya harus menunggu
lebih dari dua dekade ini pun tiba, plus surat cinta dari penulisnya.
Lovinka “Ping”, hidupnya seindah surga di Pantai Batu Karas. Berdua dengan Aki Yuda, yang sangat menyayanginya, menikmati hari-hari penuh kedamaian di rumah mereka yang disesaki berbagai alat musik di tepi Sungai Cijulang. Serta Oding, sahabat setia yang selalu membuat hidupnya lebih ceria.
Tetapi di lubuk hatinya yang terdalam, diam-diam Ping menyimpan sejumput kekhawatiran tentang masa depannya selepas SMA. Terlebih dengan Aki Yuda, ia merasa hidupnya tidak akan lama lagi. Tubuhnya semakin renta bukan hanya karena usia, tetapi penyakit yang diderita oleh pentolan grup musik d’brehoh itu semakin hari semakin mengganas.
Demi menyelamatkan masa depan Ping yang mempunyai bakat luar biasa dibidang musik. Aki Yuda rela menemui seseorang yang sangat dibencinya, seseorang yang selama ini sudah di hapus dari ingatannya. Seandainya ia mempunyai jalan lain untuk menyelamatkan cucu dari anak kesayangannya, Kinari. Ia rela ditembak mati dari pada bertemu muka apa lagi harus meminta tolong, tetapi sayangnya orang itu satu-satunya yang dapat menyelamatkan hidup Ping yang tidak mempunyai siapa-siapa lagi di dunia ini sepeninggal dirinya.
Hidup Ping berubah dengan drastis seperti naik roller coaster setelah Aki Yuda wafat, ia harus pindah ke Jakarta. Tinggal di rumah mewah seorang walikota yang tengah mengikuti kontestasi pemilihan gubernur DKI Jakarta. Serta terdaftar sebagai siswa sekolah ter-elit Pradiva Bangsa.
Mulai ditulis ketika Dee Lestari berusia
17 tahun dengan judul Planet Ping. Cerita tentang seorang prodigy ini harus di
peti eskan selama 27 tahun. Seperti sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa
setiap tulisan akan menemui takdirnya masing-masing. Berlaku juga untuk Planet
Ping, sempat beberapa kali akan dibangkitkan dari tidur kriogeniknya tetapi
selalu gagal dan tersalip dengan karya lain.
Rapijali diceritakan dari sudut pandang
orang ketiga (POV 3) ditulis dengan alur maju. Dengan karakter utama Ping
beserta gang Rapijali yang terdiri dari Rakai, Ping, Jemy, Inggil, Lodeh, dan
Buto. Serta Oding sahabat Ping di Batu Karas. Ceritanya sangat menghangatkan,
anak-anak remaja itu mampu membuktikan bahwa kesamaan hobby bermusik dapat menegasikan
perbedaan status sosial yang membelah siswa Pradiva Bangsa.
Dari beberapa kisah yang disajikan, saya
paling menyukai cerita tentang keluarga Lodeh. Terutama neneknya yang memiliki
lidah setajam silet, omongannya bikin kuping panas.
Blog sangat menarik dan sangat menginspirasi
ReplyDelete