Kudeta Mekkah terjadi pada tanggal 20 November 1979, masjidil Haram
di kepung oleh sekelompok masyarakat sipil bersenjata yang menelan korban jiwa
yang tidak sedikit. Laporan resmi memaparkan sebanyak 270 orang termasuk jamaah haji tewas.
Tetapi, menurut para pengamat independen dan saksi memperkirakan jumlah korban
yang jatuh dalam peristiwa tersebut sebanyak 1000 orang.
Pemerintah Arab Saudi berusaha menutup rapat peristiwa ini. Namun, seperti
kata pepatah sepintar-pintarnya bangkai ditutupi baunya tercium juga. Kejadian ini tetap mendapat perhatian dunia
dan memunculkan berbagai spekulasi. Pemerintah Iran menyebutkan bahwa peristiwa
ini adalah konspirasi Yahudi dan AS.
Hal tersebut memicu demonstrasi besar-besaran anti Amerika di Pakistan, Dhaka, Iran dan Turki. Para demonstran ramai-ramai mendatangi
kedutaan besar AS di negaranya masing-masing, tidak jarang mereka bertindak
anarkis dengan melakukan pembakaran dan pengrusakan.
Pada lain pihak, ada juga yang menuduh bahwa kaum Syiah Iran lah
yang menjadi dalang pengepungan tersebut, semuanya masih menjadi misteri.
Bahkan pemerintah Arab Saudi pun pada awalnya tidak mengetahui siapa yang
mereka hadapi?
Pemerintah Arab Saudi sangat berhati-hati untuk melakukan
penyerangan terhadap kelompok sipil bersenjata agar tidak merusak Masjidil Haram. Mereka memerlukan fatwa resmi
ulama sebagai pemimpin keagamaan. Setelah hampir dua minggu melakukan operasi
militer dengan menggunakan senjata berat, akhirnya Pemerintah Arab Saudi dapat
membebaskan Masjidil Haram dan para sandera yang terjebak di dalamnya dari penguasaan
kelompok sipil bersenjata.
Apabila
kita merunut sejarah, usaha untuk mengkudeta Mekkah ini sudah terjadi beberapa kali dan
dapat di golong kan ke dalam dua kategori:
- Penyerangan yang tidak Berhasil Menduduki Masjidil Haram
1. Penyerangan yang dilakukan oleh
raja muda Habsi Kristen yang bernama Abraha, dengan pasukan gajah yang
terjadi pada tahun 570 M. Abraha ingin meratakan Ka’bah agar para peziarah arab
mengunjungi gereja yang baru ia bangun. Peristiwa
ini diabadikan dalam Quran surat Al-Fill.
2. Penyerangan pasukan salib di
bawah pimpinan Pangeran Reynaud de Chatillon pada tahun 1182 M. Ekspedisi
merebut Laut Merah tersebut bertujuan untuk menaklukan dua Kota Suci Umat Islam
Mekkah dan Madinah. Serta mengirimkan pasukan ke Madinah untuk mencuri jasad Rasulullah
Saw. Namun pasukan Chatillon tidak pernah berhasil mencapai kedua kota suci tersebut.
Beberapa tahun kemudian, Shalahudin Al-Ayubi menghukum kesombongan pangeran
tentara salib tersebut dengan memenggal kepalanya.
- Penyerangan yang berhasil menduduki dan Melakukan Pengrusakan
Terhadap Masjidil Haram
1. Penyerangan kelompok Islam pinggiran dari
sekte Karmatian pada tahun 929. Mereka menjarah Kabah dan mencuri Hajar Aswad kemudian meletakannya di wilayah mereka
di Arab Timur, dekat Kota Qatif.
2. Penyerangan kelompok
sipil bersenjata pada tahun 1979 di bawah pimpinan Juhainam Al- Utaibi. Mereka memprotes maraknya korupsi di
pemerintahan Arab Saudi dengan cara menduduki Masjidil Haram dan menyandera
para jamaah haji, yang meledakan gejolak politik.
Yaroslav Trofimov menguak peristiwa ini dengan runut dari awal sampai akhir, gaya bahasanya ringan dan mengalir. Menggambarkan peristiwa demi peristiwa dengan detail, menguraikan berbagai rahasia yang tidak terkuak selama ini seperti sebuah novel. Dialihbahasakan dengan sangat baik oleh Saidiman, tidak ditemukan penggunaan diksi yang rancu dari halaman 1 sampai sampai halaman penutup.
Pria kelahiran Kiev Ukraina pada tahun 1969 ini, yang sejak tahun 1999 menjadi koresponden Wall Street Journal. Sebagai jurnalis yang meliput kawasan Timur Tengah, Afrika dan kini Asia Tenggara dan Selatan. Menyibak kabut tebal yang membungkus peristiwa berdarah pada tahun 1979 itu dengan memburu sumber-sumber penting dan terpercaya diantaranya Paul Barril yang pada saat itu menjabat sebagai kepala pasukan Prancis; tentara Arab Saudi; Perpustakaan British, satu-satunya tempat di Eropa yang menyimpan berbagai surat kabar Arab Saudi tahun 1979; arsip pemerintah As dan Inggris yang berisi laporan rahasia dari para diplomat dan mata-mata; serta CIA dan British Foreign Office.
Sehingga ketika tiba pada halaman akhir, pembaca mendapat informasi yang utuh tentang siapa pelaku sebenarnya, alasan pelaku melakukan pengepungan, dan berbagai intrik serta dampak politik yang terjadi kemudian hari. Tidak heran buku ini memenangkan Washington Institute Book Prize pada tahun 2008.
No comments:
Post a Comment
Komentar anda merupakan sebuah kehormatan untuk penulis.