Sang Pangeran
dan Janissary terakhir adalah buku karya Salim A Fillah pertama yang saya
koleksi. Waktu seorang teman pecinta literasi memposting buku ini di instagram,
dan tidak lama kemudian para pesohor negeri ini melakukan hal yang sama. Saya semakin
penasaran dengan novel ini apalagi waktu itu saya sedang rajin-rajinnya membaca
dan menonton film tentang sejarah Turki.
Menilik dari
judulnya yang memuat kata Janissari, saya mengira novel ini berkisah tentang
sejarah Turki. Menurut Wikipedia, Janissary adalah pasukan infantery atau
pasukan reguler yang dibentuk dari pasukan para mujahid serta para pemimpin dan
komandan Romawi yang masuk Islam dan bersiap siaga dalam medan pertempuran
serta sebagai pengawal pribadi Sultan Ustmaniyah. Pasukan ini dibentuk pada
masa kesultanan Ustmaniyah yang kedua yaitu Orkhan bin usman.
Salah satu perang dalam masa penjajahan yang mampu mengosongkan kas keuangan Pemerintahan Kolonial Belanda adalah Perang Jawa, yang berlangsung dari tahun 1825-1830 di bawah pimpinan seorang santri berdarah bangsawan yaitu Pangeran Diponegoro. Putra kesayangan Sultan Hamengkubuwono III yang tidak pernah mempunyai keinginan untuk menjadi seorang sultan.
|
canva.com |
Dia sangat menyukai keteduhan dan aroma kemuning, yang menurut orang Jawa bermakna ngemu ening atau Merahimi keheningan. Tetapi ketika dentuman meriam dan suara tembakan semakin mendekat dari arah Timur dan tenggara, ia merasa ada yang mencoba mengusik ketenangan batinnya dan ketentraman Puri Tegalrejo bahkan merobek kedamaian di Tanah Jawa.
Pangeran Diponegoro rela meninggalkan kehidupan serba nyaman di Puri Tegalrejo dengan keluar masuk hutan mengobarkan perang. Perlawanannya kepada penjajah bukan bertujuan untuk meraih kekuasaan, bukan untuk meraih kekayaan, hanya semata-mata untuk li’ila’I kalimatillah, untuk meninggikan syiar- Nya Gusti Allah, amangun luhuripun agami Islam ing Tanah Jawi (hal 292).
Untuk meneguhkan hati, sebelum meninggalkan istananya Sang Pangeran kembali membuka sebuah gulungan kertas yang disimpul dengan cincin perak berukir Tughra Sultan Abdul Hamid I dari Daulah Ustmaniyah. Gulungan kertas itu, berisi penjelasan yang merupakan jawaban dari pertanyaan seorang ulama muda asal tanah Jawi bernama Iman Abdullah Arif Albaderani kepada gurunya yang bernama Syaikh Abdush Shamad Al-Falimbani.
Ulama muda tersebut, salah satunya mempertanyakan alasan Kanjeng Syaikh selalu mengirimkan risalah penyemangat jihad kepada raja-raja Nusantara, terutama para pemuka wangsa Mataram di tanah Jawa. Salah satu penjelasan Kanjeng Syaikh kepada murid mudanya dengan dengan menyitir hadis Rasulullah Saw bahwa pembawa kejayaan akhir zaman akan datang dari arah timur dengan panji-panji hitamnya.
|
Canva.com |
Strategi perang gerilya dan kemampuan berperang prajuritnya yang terdiri dari prajurit Mataram, kaum santri, dan rakyat, ditambah kehadiran para Janissary terakhir dari Turki menjadikan pasukan di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro ini tidak terkalahkan. Hal tersebut memaksa Gubernur Jendral Hindia Belanda memutar otak mencari anti-strategi jitu untuk menghentikan peperangan secepatnya agar tidak jatuh dalam kebangkrutan.
Novel ini tidak hanya mengisahkan kepemimpinan Pangeran Diponegoro yang selalu menjunjung tinggi sunah Rasulullah Saw dalam kehidupan sehari-harinya. Tetapi dengan alur maju mundur yang smooth dan pemilihan diksi yang apik. Tokoh-tokoh lainnya pun dikisahkan dengan sama menariknya. Berbagai kisah pilu yang menguras air mata karena kehilangan orang -orang terkasih yang gugur sebagai syuhada dalam perang, atau saat seorang istri yang harus melepas suaminya pergi ke medan juang tanpa tahu kapan akan kembali?
Sampai kisah kocak para punakawan Pangeran Diponegoro dan Basah Katib yang sangat menghibur. Tidak ketinggalan kisah romantisme yang diceritakan dengan santun. Juga para penghianat lemah iman, yang membuat jengkel. Berpadu menjadi satu dalam satu rangkaian cerita yang memikat.Menjadikan novel ini sangat luar biasa, sarat dengan ilmu ditambah kisahnya yang beririsan dengan sejarah Turki Ustmani, menjadikan pembaca memahami sejarah lebih utuh.
Pengen baca juga novelnya ni bagus isinya buat belajar bareng anak anak
ReplyDeleteSaya kira bukan kisah dari dlm negeri ternyata sejarah dari pangeran diponegoro selalu mengikuti sunah rasul ... bagus sekali mom
ReplyDeletePenasaran pengen baca selengkapnya deh ,cerita sejarah yg sangat menarik ..
ReplyDeletePenasaran pgn baca bukunya, bagus yaa..
ReplyDeleteJadi penasaran pengen baca buku sejarahnya nih
ReplyDeletePenasaram pengen baca bukunya nih
ReplyDeleteWah jadi penasaran sama full ceritanya ini
ReplyDeleteKetagihan baca baca lagi nih akuu
ReplyDeleteSeru banget bacanya jadi ketagihan bacanya ❤
ReplyDeletePengen baca bukunya .pasti bagus
ReplyDeleteAku jd penasaran pengen baca bukunya jg mom 😍
ReplyDeleteKeren bgt isi bukunya jadi mau baca jugaa
ReplyDeleteJadi pengen baca full ceritanya kaaa 😅
ReplyDeleteTerus berkarya... dan salam literasi. . Mantap
ReplyDeleteBagus novelnya yaaa.. semngat terus mom, tulisannya juga bagus
ReplyDeleteBagus banget ya ceritanya, jadi pengen baca lansung novelnya
ReplyDeleteNovelnya bikin penasaran di gramed ada?
ReplyDeleteAda mam...banyak
DeleteAku suka nib kalo ada buku tentang sejarah2 gini ..
ReplyDeleteMenarik banget ceritanya. Jadi pengen tau lebih lagi nih..
ReplyDeleteNote, cari di perpus bukunya, semoga nemu.
ReplyDeleteSeru banget cerita nya, jd penasaran kelanjutannya
ReplyDeleteSeru ceritanya, penasaran dengan kelanjutan nya 🤗
ReplyDeleteBaca sinopsisnya aja seru, ya. Apalagi novelnya. Keren ini buat bacaan, karena bacaan kayak gini udah mulai ditinggalkan, padahal bagus banget. Buat mengenal sejarah juga.
ReplyDeleteMantul, semangat menulis terus, Mbak.
Perjuangan yang luar biasa ya dari pahlawan kita dulu, bagus banget buat referensi. Semangat terus ������
ReplyDeleteJadi penasaran full ceritanya nih