Novel Laut Bercerita sebelumnya sudah sering saya lihat
dipajang pada salah satu rak di toko buku.
Tetapi tidak pernah tertarik untuk membelinya. Karena ketika melihat covernya,
saya pikir itu adalah buku cerita anak untuk mengenalkan biota laut.
“Don’t judge a book by its cover”
Setelah membaca bukunya, bayangan awal tentang buku ini
buyar. Pepatah tersebut seperti menertawakan. Duuuh malu pisan.
Terus Laut Bercerita Tentang Apa?
Buku Laut Bercerita karya Leila S Chudori, bercerita tentang
seorang aktivis mahasiswa sastra Inggris sebuah universitas di Yogyakarta.
Bersama teman-temannya yang tergabung dalam gerakan mahasiswa Wirasena berteriak lantang
agar Indonesia kembali berdiri ajeg di atas empat pilar demokrasi pilar
demokrasi. Dikisahkan dari dua sudut pandang
kakak beradik Biru Laut dan Asmara Jati.
Bab pertama dibuka dengan sebuah adegan menegangkan, yang
menggambarkan seorang pemuda dengan mata tertutup kain hitam diseret oleh tiga orang yang selama ini rajin
menghadiahkan berbagai siksaan. Mulai dari tendangan, gebukan, tonjokan sampai
penyetruman dan berbagai siksaan fisik berat di luar batas kemanusiaan.Biru
Laut mengenal mereka dari aroma tubuhnya, hanya si mata merah yang pernah ia
lihat wajahnya.
Deburan ombak dan suara burung camar yang terdengar begitu
merdu membelai telinganya, membuat Biru Laut yakin bahwa ia sedang berada di
pinggir pantai. Aroma garam tercium begitu kental, ketika seseorang menendang
bagian belakang tubuhnya diiringi bentakan agar ia berjalan lebih cepat.
Menerbangkan ingatan pemuda itu, pada aroma masakan ibu yang ia yakini paling lezat diseluruh dunia.
“Kau akan mati”, teriak si mata merah dengan semburan bau
rokok.
Selanjutnya Si Mata Merah memasang pemberat pada kedua kaki Biru Laut.
Pada deburan ombak yang kesembilan terdengar bunyi ledakan, tubuh pemuda itu
jatuh melayang disambut gelombang ombak yang mendekapnya dengan cepat dalam
hening, gelap, dingin dan kelam.
“Gelap adalah bagian dari kehidupan. Tetapi jangan sampai kita mencapai titik kelam, karena kelam tanda kita telah menyerah. Kelam adalah sebuah kepahitan, satu titik ketika kita merasa hidup sudah tidak bisa dipertahankan lagi.”
Sampai sini saya jadi tahu kenapa ada gambar kaki terikat pada cover buku ini, napasku mulai sesak. Namun adrenalin baca semakin menggelegak untuk sampai pada akhir halaman.Kini Biru Laut berteriak dari balik gelombang, mengabarkan apa yang dia alami bersama teman-temannya yang dihilangakan secara paksa. Melalui liuk indah ikan warna-warni yang menyampaikannya kepada angin yang berhembus menerpa tepi pantai.Asmara Jati
Si bungsu ini, mempunyai minat yang sangat jauh dari
kakaknya. Dia menyukai pelajaran-pelajaran eksakta, serius dalam studinya,
pemikirannya pun sangat realistis. Tidak heran dia sukses menamatkan sekolah
dengan cepat dan mewujudkan mimpinya menjadi dokter.
Ditengah kegentingan, saat Biru Laut berada dalam pelarian.
Asmara Jati tidak pernah berhenti berusaha mendorong abangnya untuk
menyelesaikan studi. Ia pun melobi pihak kampus
agar mau mengadakan sidang skripsi secara tertutup.
Sikap realistis gadis ini nyaris goyah ketika melihat
orang-orang terkasihnya yaitu ayah, ibu dan Anjani, calon kakak iparnya, hidup dalam kepompong kehangatan keluarga
mereka yang nyaris sempurna.
Keluarga Arya Wibisono setiap akhir pekan, masih setia
menggelar ritual makan bersama. Dengan menyajikan makanan kesukaan anak
sulungnya di atas meja. Ibu tetap menata peralatan makan dengan jumlah yang
sama yaitu 4 buah piring dan 4 buah gelas.
Begitupun dengan bapak, untuk menyemarakan suasana masih setia memutar piringan hitam dengan
meletakan jarumnya pada titik yang sama. Lalu dengan harap-harap cemas menanti
si sulung, yang tidak pernah lagi datang menempati kursinya yang kosong dan
makan dengan lahap menuntaskan kelaparannya.
Hal itu membuat Asmara Jati kadang merasa rapuh. Ia baru memahaminya
setelah merasakan pelukan hangat seorang mama kuat berasal dari benua Amerika,
yang mengalami nasib serupa dengan ibunya.
Atas nama cinta, ia pun rela berjuang menemukan
serpihan-serpihan informasi yang akan menjadi titik penerang bagi keberadaan
sang Abang tersayang. Itulah alasannya kenapa ia pada akhirnya memutuskan untuk
mengambil jurusan Forensik.
Denial Syndrome
Apa yang dialami orang tua Biru Laut dan Anjani yang selalu menyangkal ketiadaan
Biru Laut yang hilang tanpa kabar. Dalam psikologi dikenal dengan Denial
Syndrome. Istilah ini pertama kali dijelaskan oleh Sigmund Freud.
Psiko analis terkenal itu menggambarkan, Denial Syndrome sebagai
penolakan untuk mengakui fakta yang mengecewakan. Tentang sebuah peristiwa yang
terjadi baik secara internal maupun eksternal termasuk ingatan, perasaan maupun
pikiran.
Naik Roller Coaster
Leila S Chudori dengan pilihan diksinya begitu piawai
memainkan perasaan pembaca. Melambung bersama idealisme para mahasiswa, yang
berjuang menegakan kebenaran dan membela kaum yang lemah . Pada saat lain meluncur
dengan deras merasakan nestapa, yang dialami keluarga para aktivis yang
kehilangan orang-orang terkasihnya secara paksa dan kejam. Betul-betul seperti
naik roller coaster
Saya begitu larut dengan cerita yang dibangun penulis,
membawa kembali memori akan suasana yang terjadi sekitar tahun 1998, ketika reformasi
berhasil menumbangkan kekuasaan Orde Baru seperti halnya dalam Novel Pulang karya Leila S. Chudori yang tidak kalah mengharu biru. Karena pada saat itu, saya sudah
menjadi mahasiswa.
Tetralogi Pulau Buru
- Bumi Manusia,
- Jejak Langkah,
- Anak Semua Bangsa
- Rumah Rumah Kaca.
Dalam buku ini diceritakan bagaimana mereka harus
bekerjasama dengan tukang Photocopy untuk berbuat “dosa” demi membaca buku-buku
ini.
Cetakan ke 38
Buku Laut bercerita ini, emang keren. Pesona Mas Laut begitu
menghipnotis pembaca. Menurut penulisnya di instagramnya @leilachudori. Laut
Bercerita sudah cetak ulang ke 38 bener-bener cadaaaas. Saya pun tidak sabar ingin
ikut nonton film pendek Laut Bercerita yang akan diadakan secara Online tanggal
30 Agustus bersamaan dengan Hari Anti Penghilangan Paksa, semoga bisa daftar. Penasaran
banget.
Judul Buku : Laut Bercerita | Penulis : Leila S. Chudori | Penerbit : KPG ( Kepustakaan Populer Gramedia) Jakarta | Tahun Terbit : Januari 2022, cetakan ke 26 | Jumlah Halaman : 379 halaman | ISBN : 978-602-424-694-5 | Harga : Rp. 100.000 (Pulau Jawa)
Saya tahu nama Leila S Chudori ini seorang novelis terkenal tapi saya belum pernah membaca satu pun novelnya. Laut Bercerita ini keren ya. Tahun 1998 saya sudah setahun lulus kuliah dan masa itu suliiit sekali dapat pekerjaan. Koran Kompas di hari Ahad saja yang biasanya bertaburan lowongan pekerjaan, saat itu nihil dari lowongan pekerjaan.
ReplyDeleteIndonesia krisis parah ya Kak...waktu itu.
DeleteKeren ini bukunya. Jujur waktu lihat buku ini juga di rak perpustakaan kampus saya melewatinya terus. Tapi pas bosan entah kenapa dilirik dan dibaca langsung bagian tengah setelah itu tertarik akhirnua baca dari depan
ReplyDeletePenasaran jadi pengen baca langsung sendiri bukunya.
ReplyDeleteSemoga ada versi online dan bisa meminjamnya tanpa antri hehehe
Novel ini kudu banget dibaca semua orang, ya
ReplyDeletesangat insightful
pastinya bawa banyak faedah utk kita semua.
Wah sepertinya bukunya seru juga
ReplyDeleteWah, menyimak awal ceritanya saja menegangkan Mbak. Seru dan membuat penasaran bukunya. Saya pun baru tahu bahwa ternyata ada buku-buku yang sampai dilarang beredar juga di masanya..
ReplyDeleteLaut Bercerita ini bisa dibaca gratis di iPusnas, sebenarnya.. Tapi antriannya luar biasa.. gak pernah kebagian.
ReplyDeleteDan pernah mengikuti kicauan di twitter mengenai alur kisah "Laut Bercerita" yang menggambarkan latar 1998 di saat krisis moneter.
Rasanya smakin berat membaca buku novel 379 halaman.
Sungguh takjub melihat kak Oemy mampu melahapnya dan membuat resensinya dengan indah.
Wah iya, novel ini banyak yang merekomendasikan
ReplyDeleteAku sempat mau pinjam di ipusnas, antriannya luar biasa tapi
Wah, nanti ada film pendeknya juga kah? Ikut gak sabar pingin lihat film pendeknya juga nih.. Penasaran seperti apa nanti film pendek yg akan dibawakannya.. Masih bulan Agustus? Udah gak sabar :D
ReplyDeleteBaru tahu ada denial syndrome. Pasti menyakitkan menyangkal luka dan fakta ya. Sepertinya ceritanya yang banyak mengaduk emosi
ReplyDeleteSaya juga bikin review buku ini di IG @itasoedarjanto. Buku pertama Leila S. Chudori yang saya baca, dan memang keren.
ReplyDeleteBaru tahu dengan kisah ini.
ReplyDeletePeristiwa 1998 mengingatkan saya pada tragedi Mei di Jakarta. Saya sempat melihat demonstrasi di jalan ketika pulang dari suatu tempat di Jakarta. Malamnya dapat berita ada kerusuhan. Subuh sebelum terang, saya dan kawan-kawan keluar dari Jakarta. Ketika berhasil selamat dan sekembali ke kota.asal, ortu memeluk kami. Besoknya baca Jawa Pos dan kaget lihat berita betapa mengerikan yang terjadi. Selang beberapa hari, rezim mundur.
ReplyDeleteSerem banget ya Kak...waktu itu, benar-benar mencekam.
DeleteSalah satu buku wish list nih, ga kebeli-beli karena banyak bacaan di rumah yang juga belum selesai
ReplyDeleteSaya belum baca novelnya.. persepsi saya pada awalnya, ini adalah novel ringan (saat mlhat illustrasinya) Saya tidak menyangka kalau novel ini berlatar tahun 1998, dan kelihatannya sangat recommended buat dibaca..
ReplyDeleteKalau di lihat dari cover bukunya iya mbak bener banget kirain buku untuk semua umur. Ternyata baru bab pembuka aja udah agak sadis ya & bukan konsumsi untuk anak.
ReplyDeleteTapi buat penikmat novel kayanya seru sih jalan ceritanya.
Aku belum pernah baca novel-novelnya Leila S CHudori nih
Sy blm pernah baca novelnya mba. sepertinya seru ya. jd pengen baca
ReplyDeleteKeren mom selalu merekomendasikan bacaan yang berkualitas, dari judulnya aja udah menarik 😍
ReplyDeleteBagus bgt bukunya jadi penasarann
ReplyDeleteBagus banget kak 🥰
ReplyDeleteBlm pernah baca buku ini mom.. Makasih ya review nya 😍
ReplyDeleteMenarik sekali bukunya semoga bisa intens lagi baca buku kayak Oemy. Dah lama nih gak baca buku. Bacanya wa grup aja hihihi.
ReplyDeleteAyooo semangat baca
DeleteJleb dengan kalimat Gelap adalah bagian dari kehidupan. Tetapi jangan sampai kita mencapai titik kelam, karena kelam tanda kita telah menyerah. Kelam adalah sebuah kepahitan, satu titik ketika kita merasa hidup sudah tidak bisa dipertahankan lagi.”Never Give up
ReplyDeleteLumayan tegang juga ya ceritanyaa dari awal.
ReplyDeleteJadi pengen baca juga dr awal sampai akhir buku ini
ReplyDeleteJadi penasaran pengen baca juga
ReplyDeleteKereen mom masih menyempatkan baca novel😍 kirain pas baca, buat sendiri lho
ReplyDeleteDari judul bukunya udh bikin penasaran sih ini
ReplyDeleteJadii penasaraan akhir ceritanya seepertii apaa dan bagaimana... Dan baruu kali ini baca ringkasan novel yang menunjukan sisi psikologisnya..
ReplyDeleteBagus nih bukunya.
ReplyDeleteKeren banget mom selalu kasih asupan cerita bagus yg mesti dibaca. Jadi penasaraaan
ReplyDeletebaca resensinya jadi pengen baca juga
ReplyDeleteAku suka baca cerita, tapi dr mom tulis aku jd kebayang keseluruhannya alhamdulillah
ReplyDeletepinjem bukunya boleh ga mom? penasaran nih 😁
ReplyDeleteWiihhhh d luar bayangan ya mom, buku nya ternyata daging bgt MasyaAllah 😁
ReplyDeleteCeritanya unik, keren sih
ReplyDeleteWuihhh jadi ikut membayangkan ketegangan saat baca buku ini. Jadi pengen baca deh
ReplyDelete- Yuke Rachma -
ReplyDeleteCeritanya bagus. Penuh makna sekali. Pembaca nya jadi dapet kesan pesan setelah membaca ini
ReplyDelete-Nova
MasyaAllah diluardugaan ya isinya ❤️ bener ni dont judge book by cover
ReplyDeleteWaa jadi penasaran sama bukunya ☺️
ReplyDeleteSeru banget nih alur ceritanya
ReplyDeleteSeru banget , keren sii
ReplyDeletesuka dengan diksi ini kak “Gelap adalah bagian dari kehidupan. Tetapi jangan sampai kita mencapai titik kelam, karena kelam tanda kita telah menyerah. Kelam adalah sebuah kepahitan, satu titik ketika kita merasa hidup sudah tidak bisa dipertahankan lagi.” jadi tergambar dengan jelas isinya, pilihan diksinya bagus ya, di ipnas ada ga ya? coba cari ah
ReplyDelete