Novel Pulang adalah karya Leila S. Chudori kedua yang saya baca. SepertiLaut Bercerita , novel ini mampu mengaduk-aduk perasaan begitu rupa ketika sampai pada halaman akhir. Tapi membuat gagal diet. Lho kok?
Novel Pulang , Bercerita Tentang Apa?
Berawal dari Jalan Sabang Jakarta pada bulan April 1968, ketika malam sudah mengembang seperti jala hitam yang mengepung kota.
Hananto
Prawiro, mantan pemimpin Kantor Berita Nusantara, menahan napas di balik pintu
sebuah kamar gelap yang penuh dengan aroma kimia dan kecemasan. Toko Tjahaya
Foto.
Saat itu beberapa orang berbadan tegap, yang mengaku sebagai sepupunya yang berasal dari Jawa Tengah.
Mendatangi Toko Tjahaya Foto untuk menanyakan keberadaan dirinya, dengan setengah memaksa kepada pemilik toko.
Dia adalah butiran terakhir, yang disinyalir pemerintah terafiliasi dengan
PKI yang masih dapat menghirup udara bebas. Walaupun dengan ruang gerak yang
begitu terbatas.
Kabar penangkapan itu, dengan cepat menembus ruang-ruang
cakrawala melintas benua. Meninggalkan begitu banyak kegetiran pada orang-orang
yang mencintainya.
Eksil Politik
Kepergian Dimas Suryo ke Santiago untuk menghadiri koferensi wartawan yang digelar oleh International Organization of Journalist (IOJ), atas perintah Hananto Prawiro.
Atasan sekaligus teman baiknya, juga rival
dalam merebut hati seorang perempuan cantik bernama Surti Anandari. Telah
merubah hidupnya 1000 persen.
Keadaan politik pada saat itu, menuntut semua orang untuk memiliki sikap politik yang tegas “kanan” atau “kiri”.
Tidak ada tempat bagi
orang-orang yang berada di area abu-abu, dan selalu berdiri dalam kegamangan seperti Dimas Suryo.
Penguasa dengan mudah akan mencapnya sebagai anggota organisasi terlarang yang dianggap musuh bangsa. Sehingga, Ia harus kehilangan segalanya.
Bukan saja harus kehilangan orang tua, saudara, rumah, teman-teman, bahkan negara yang setiap incinya ia cintai.
Lebih dari itu selama rezim Orde Baru berkuasa,
ia harus hidup dengan identitas baru sebagai eksil politik.
Sebuah identitas bagi orang-orang yang terpaksa tidak bisa pulang ke Indonesia, karena situasi politik pada tahun 1965.
Akibat terjadi perubahan sistem
pemerintahan secara drastis dari pemerintahan sipil menjadi pemerintahan
militer.
Cinta Pada Pandangan Pertama
Angin membawa Dimas Suryo bersama Nugroho, Tjai, dan Risjaf terdampar di tengah gemerlapnya kota mode dunia.
Tetapi dalam hati mereka,
negara yang demikian indah dan menawarkan kedamaian itu hanya sebagai
persinggahan bukan sebuah rumah.
Disana pula Dimas Suryo tenggelam dalam pusaran samudera hijau, mata seorang Viviane yang menghidupkan sepercik cahaya dalam kekelaman hatinya.
Serta memberikan kehangatan sebuah keluarga dengan hadirnya buah cinta
mereka yang bernama Lintang Utara.
Kunyit, Melati, dan Pindang Ikan serani
Tiga benda yang menjadi simbol cinta Dimas Suryo dan Surti Anandari yang dalam dan intens, namun tidak dapat diwujudkan.
Lagi-lagi karena ketidakmampuan
Dimas untuk bersikap. Dan kini mereka hanya bisa mengenang dan merenung dari
jauh, serta menjadi sangat terobsesi dengan ketiga benda tersebut.
Setengah Diriku Indonesia
Lintang tidak bisa menapikan kenyataan itu, sekeras apapun ia mengingkarinya. Walaupun negeri itu tidak pernah dikenalnya, dan telah memberi begitu banyak luka dan air mata bagi ayahnya.
Kini terpaksa ia harus
mengenal sisi lain dirinya itu, ketika dosen pembimbing tugas akhir meminta
untuk membuat sebuah karya tentang Indonesia.
Tapi masalahnya apakah ia bisa masuk Indonesia?
Pas bagian ini, sempet deg degan apakah gadis cantik blasteran Indonesia-Perancis itu jadi ke Indonesia apa enggak ya?
Soalnya
operasi bersih diri dan lingkungan yang diterapkan pemerintah Orba pada saat
itu, rasanya sangat imposible bagi keluarga apalagi anak para eksil
politik untuk menginjak Indonesia. Duuuh kasian banget pokoknya.
Indonesia Tanah Air Beta
Membaca novel Pulang Karya Leila S Chudori ini, membuat saya mengerti betapa berat menahan rasa rindu.
Penulis dengan piawai menggambarkan orang-orang yang harus terusir dari
tanah air tanpa sebab. Hidup terlunta-lunta di negeri orang tanpa tujuan, dan
tanpa batas waktu. Berkelindan dengan
kisah cinta mereka yang rumit dan saling silang.
Kerinduan mereka pada Indonesia, diwujudkan dengan
mendirikan sebuah restoran yang kental dengan nuansa tanah air. Mulai dari
interior, musik pengiring , sampai menu yang dihidangkan.
Saya banyak belajar cara mendeskripsikan sebuah makanan yang bikin kabitaa bacanya, asli. Dan jadi penasaran banget sama rasa pindang ikan serani khas Jepara.
Terharu, perlu banyak tisyu ketika Dimas Suryo menyatakan keinginannya untuk dimakamkan di tanah Karet. Serta permintaan agar pusaranya ditaburi cengkih dan melati. Aroma tanah air yang selalu dirindukannya selama puluhan tahun.
Ia tidak pernah ingin dikebumikan di pemakaman mewah Pe’re Lachaise Perancis.
Mantan kekasih Surti Anandari itu tahu, setelah
rezim Orde Baru tumbang semuanya akan bersiap pulang ke Indonesia. Namun ia
juga tahu dengan penyakit yang dideritanya, hanya jenazahnya yang akan pulang.
Bagi yang ngaku pecinta novel sejarah, novel ini wajib banget harus dibaca. Banyak fakta-fakta sejarah yang diceritakan dengan begitu gamblang, sampai harus menarik nafas berulang-ulang.
Tapi jangan khawatir walau mengungkapkan kegetiran hidup para eksil politik 65, dan keluarganya yang harus merunduk dari kehidupan sosial terutama politik.
Novel ini sangat menghibur khususnya kisah-kisah khas remaja, generasi kedua Dimas Suryo dan Surti Anandari, yang romantis dan lucu kadang bikin ngakak.
Judul Buku : Pulang | Penulis : Leila S. Chudori | Penerbit : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) | Jumlah Halaman : 458 | Tahun Terbit : 2022, Februari Cetakan kesembilanbelas | Ilustrator : Daniel "Timbul" Cahya Krisna | ISBN 13 : 978-602-424-275-6 | Harga : Rp. 120.000 (P. Jawa) |
Novel yg kental dg sejarah politik ya. Salah satu ciri penulisnya sptnya.
ReplyDeleteLeila S. Chudori selalu sukses menghadirkan latar sejarah dalam latar novel karangannya.
ReplyDeleteAku salut banget dengan sejarah di tangan novelis, menjadi lebih mudah dipahami.
Leila S. Chudori selalu sukses menghadirkan latar sejarah dalam latar novel karangannya ya mbak
ReplyDeleteCeritanya jadi lebih menarik untuk dibaca
Sudah jadi ciri khasnya
beliau ini sepertinya riset sejarahnya bagus ya mbak, kita jadi terbawa ke tulisannya kental rasa sejarahnya
ReplyDeletesuka novel jenis ini, ada ga ya di Ipunas, Leila S Chudori piawai menghadirkan sejarah dalam sebuah cerita
ReplyDeleteBagus banget ya isinya..detail dan sarat sejarah yang mendalam sekali. Jadi pingin baca bukunya
ReplyDeleteWhuah reviewnya jadi pengen bikin baca novelnya. Sepertinya ceritanya dalam dan seru. Selain itu, nama novelis ini sudah lama menjadi incaranku buku2nya, belum sempat baca karya2 beliau.
ReplyDeleteTulisannya mba Leila selalu menghipnotis yaa mba aku jatuh cinta sejak baca Laut Bercerita, lalu pengen baca2 buku beliau lainnyaa
ReplyDeleteLeila S. Chudori selalu sukses menulis novel sejarah yang sarat makna dan bumbu politik. Penggambarannya benar-benar terasa nyata.
ReplyDeleteJadi ingat Mbak ART ku. Dia sudah ga dirumahku lagi. Ayahnya yang guru ngaji tidak mengerti apa-apa tapi ya...begitulah.
ReplyDeleteSepertinya bgs nih novelnya mba. Jd pengen baca. lumayan buat ngisi weekend
ReplyDeleteWah kayanya asyik ini novel, jadi penasaran pengen baca juga. Bisa masuk list tbr ku ini
ReplyDeleteYa ampun aku baru tahu kalau novel pulang tuh ga hanya cinta2an tapi ada sejarahnya, politiknya dan sebagainya yang menurutku cukup berat. Keren ya memang penulisnya hrs riset segala pastinya
ReplyDelete