99 Cahaya di Langit Eropa: Menjadikan Anakku Seorang Penulis – Beberapa hari yang lalu, sebuah akun penerbit buku kenamaan mengadakan survei di Instagram.Salah satu pertanyaannya adalah “Buku apakah yang dapat mengubah hidup anda?”
Saya perlu beberapa saat untuk merenung berusaha membuka file-file memory untuk mencari jawabannya. Tetapi saya tidak mampu mengetikan satu judul buku pun, yang benar-benar dapat mengubah hidup saya.
Seandainya pertanyaan dalam survei itu dirubah menjadi “Buku
apakah yang dapat merubah hidup anak anda?” dalam hitungan detik, saya dapat menjawabnya dengan pasti dan
percaya diri yaitu buku 99
Cahaya di Langit Eropa.
Bulan Ramadan Enam Tahun Silam
Saat itu anak sulungku duduk di kelas 8 sebuah sekolah menengah pertama.
Ketika bulan Ramadan, kegiatan belajar
mengajar di sekolah anakku digantikan dengan pengembangan akhlak mulia. Anak-anak
setiap pagi datang ke sekolah hanya untuk mengikuti kegiatan salat Duha, baca Al-
Qur’an kemudian ceramah.
Seperti pesantren kilat gitu lah sampai zuhur. Itupun hanya berlangsung selama beberapa pekan, setelah itu kemudian libur menjelang Idulfitri. Jadi banyak banget waktu luang dong. Seperti kebanyakan anak zaman now lainnya, untuk mengisi waktu luang yang paling menyenangkan adalah nge- game di gadget.
Bahkan waktu itu biar dibilang orang tua trendy dan kekinian saya menerjemahkan pendapat ahli parenting yang mendengungkan “teknologi harus menjadi sahabat” salah kaprah. Dengan memberikan anak-anak fasilitas permainan tercanggih pada zamannya, sebagai sarana untuk mengisi waktu luang mereka.
Tapi lama kelamaan, saya menjadi khawatir melihat perubahan
tingkah anakku. Dia menjadi susah makan, salat harus disuruh-suruh. Paling
menjengkelkan, kalau diajak pergi untuk
sekedar makan di luar. Dia akan marah-marah karena merasa terganggu.
Diskusi Diskusi
Ketika anak-anak mulai besar, sudah bisa diajak berdiskusi.
Saya dan suami, apabila akan mengambil suatu keputusan tentang suatu
permasalahan yang menyangkut mereka. Kami selalu mendiskusikannya terlebih
dahulu sampai mendapat sebuah kesepakatan.
Begitupun dengan masalah ini setelah diskusi panjang lebar,
akhirnya jadwal nge- game ditiadakan sama sekali dalam aktivitas harian
mereka. Baik hari libur maupun sekolah, diganti dengan menggambar dan baca
buku.
Buku karya my sulung |
MasyaAllah luar biasa, berkah Bulan Ramadan hanya dalam beberapa hari anak-anak yang biasanya “autis” cuma duduk ngadep layar menjadi anak-anak yang lebih ceria dan kreatif. Mereka jadi suka bikin komik, bikin kartu-kartu bergambar dll.
Kamipun jadi mempunyai acara keluarga rutin dan khas setiap bulan Ramadan sampai sekarang, yaitu kultum bergiliran setelah tarawih. Materinya adalah hasil membaca mereka pada siang harinya.
Itu pertanyaan sulungku, tentu jawabku boleh banget. Setelah
dipilih- dipilih dari sekian banyak koleksi bukuku, akhirnya dia menjatuhkan
pilihan pada buku yang berjudul 99 Cahaya di Langit Eropa karya Hanum Salsabila
Rais.
Buku yang sudah diangkat ke layar lebar itu bercerita tentang kisah
Hanum Rais saat mendampingi suaminya, yang sedang kuliah di Wina. Sebagai
pengisi waktu luangnya, Hanum menelusuri
jejak peninggalan kebesaran Islam di Eropa dengan mengunjungi berbagai museum
dan tempat-tempat bersejarah.
Buku karya my bungsu |
Anakku begitu terpikat, terpukau dan tergila-gila,
terkagum-kagum dan ter ter ter lainnya wkwkwk. Dengan fakta-fakta yang disodorkan
Hanum Rais bahwa Islam begitu berjaya di Eropa pada masa lalu.
Tidak Sekadar Jatuh Cinta
Cuma perlu satu buku untuk jatuh cinta pada membaca. Cari buku itu. Mari jatuh cinta.
Kata Najwa Shibab dalam postingan instagramnya pada 14
Februari 2017. Saya sepakat banget dengan pendapat Founder startup
Narasi itu. Terbukti dengan anakku dia bukan hanya tergila-gila pada membaca tetapi
juga menulis.
MasyaAllah saya tuh kadang tidak percaya bahkan speechless
buku 99 Cahaya di Langit Eropa seperti memberi energi berlebih dan ide yang
tidak pernah habis. Tidak memerlukan waktu lama, anakku mampu menghasilkan
belasan novel semuanya berbasis sejarah Islam. Dan berprestasi pada berbagai event
lomba menulis.
Seperti virus, kecintaannya pada menulis juga menulari kami. Adiknyapun
mengikuti jejaknya ikut menulis buku. Begitupun dengan saya, jadi tertarik dengan dunia tulis menulis.
Emak-emak yang langganan dapat nilai 6 ini ketika sekolah
dulu, mulai ngepoin kelas menulis secara
online. Hasilnya, Alhamdulillah sudah punya beberapa buku antologi dan
blog sederhana ini tempatku berekspresi, tempat me time yang paling
menyenangkan tanpa harus keluar rumah.
Jadi teman-teman buku apakah yang sudah merubah hidup kalian?
MasyaAllah Mbak anaknya... Semoga nular nih suka membaca dan menulisnya ke anakku. Anak sulung sih memang suka baca. Tapi kalau adik-adiknya belum konsisten. Masih ikutan aja. Nulis yang masih enggan.
ReplyDeleteMasyaAllah, keren banget anak-anaknya, Mbak. Buku yang tepat selain membuat kita jadi suka membaca juga memotivasi untuk berkarya. Aku jadi terinspirasi untuk meniadakan gaming time juga, ah. Anak-anakku nggak ada yang suka nulis tapi pada suka menggambar.
ReplyDeleteBuku yang mengubah hidupku mungkin serial buku Chicken Soup for The Soul (walau bukan buku ini yang bikin aku jadi penulis hehehe). Aku belajar banyak dari Chicken Soup, khususnya belajar memaknai hidup dan hal baik dari setiap peristiwa yang terjadi. Meskipun buku ini karya para penulis luar negeri,kisah-kisah inspiratifnya selalu menyejukkan hati.
ReplyDeleteIkut bangga dengan karya anak-anak Mbak, semoga terus berkarya melalui goresan pena yaa.
MasyaAllah, berkaahhhh
ReplyDeleteSenangnyaaa punya anak yg berprestasiii, keren bgt ini mba
Semoga bs nular ke anakku yah 😁😂
mimpi saya banget ini bisa punya banyak buku dan saling berbagi dengan keluarga. sayangnya saya masih belajar untuk rutin baca buku, suka gak selesai-selesai kalau baca buku gimana ya tips nya hehehe
ReplyDeleteMasya Allah mba, ga semua yang suka membaca suka menulis. Menjadi pengingat buatku pribadi dan terus menanamkan kecintaan membaca apalagi menulis
ReplyDeleteKeren banget, salut ama keluarganya yang kompak. Bermusyawarah saat menentukan keputusan, ini hal yang baik. Anaknya Mba, salut ya bisa banyak menghasilkan karya. Selamat ya Mba. Mudah-mudahan buku anaknya laris manis dan terus produktif dalam menulis
ReplyDeleteMemang jadi PR banget buat orangtua buat membatasi screentime anak terhadap gadget, tapi seiring bertambahnya usia waktu menggunakan gadget makin banyak apalagi anakku yang smk hampir semua tugas menggunakan gadget dan memang masuk jurusan komputer, kalo yang sulung malah kuliahnya setiap hari bergelut dengan komputer, tapi Alhamdullilah mereka punya hobi otak-atik motor dan keahlian ini bermanfaat banget buat hidupnya. Ternyata hobi bisa jadi solusi agar anak bisa memanfaatkan gadget dengan tepat.
ReplyDeleteMasya Allah pelajaran berharga banget buat saya. Hebat anak-anaknya dah punya karya masing-masing.. Masya Allah
ReplyDeleteMasyaAllah tabarakAllah si sulung sudah banyak karyanya ya. Keren bunda! Semoga bisa jadi amal jariyah lewat tulisan ya
ReplyDelete
ReplyDeleteMasyaAllah, salut lihat karyanya anak Mbak. Memang ya mendapat ilmu daro membaca buku itu sangat berbeda dengan cara instan ala sosmed atau youtube sekarang ini. Rasanya ilmu dan pengetahuan pun lebih melekat. Semoga anak-anak saya juga bisa semangat lebih rutin membaca dan berkaryanya.
masyaAllah keren banget mbak anaknya sudah bisa menulis bukunya sendiri. Memang membaca buku ini banyak banget ya manfaatnya apalagi kalau bukunya memang yang memiliki ilmu yang bermanfaat bakal jadi tabungan amal bagi penulisnya
ReplyDeleteSaya terpesona pada buku berkat karya2 penulis buku anak macam Enid Blyton, Bung Smas, Arswendo dan beberapa penulis lainnya. Kisah anak2 sekolah di asrama dan anak2 yang sok menjadi detektif, mempengaruhi banget selera baca saya sampai sekarang. Tapi yang mengubah hidup secara nyata seperti putra Mbak itu kayaknya enggak ada deh.
ReplyDeleteKeren mbak sudah ada buku sendiri semangat ya untuk karya buku selanjutnya
ReplyDeleteMasya Allah, anakku juga sedang di fase ini. Sulit diajak pergi tapi kalau ditinggal nyariin. Merasa terganggu dan sudah punya keinginan sendiri. Membaca justru masih jadi momok sepertinya buat dia
ReplyDeleteMaa syaa Allah, keren banget nih bisa merubah kebiasaan dari fokus gadget jadi fokus berkarya. Inspiratif banget. Jadi pengen ikutan juga nih. Apalagi semua terlihat tanpa tantangan. Kayaknya saya harus mulai menantang anak-anak nih untuk menghasilkan karya
ReplyDeletehayu semangat bu....
Delete