Bumi Manusia – Teman-teman
boleh nanya enggak? Kalian pernah nonton film Indonesia apa yang durasinya
paling lama? Kalau saya sih film besutan sutradara Hanung Bramatyo yang
dibintangi oleh Iqbaal Ramadhan dan Mawar
de Jongh.
Pada saat itu,
tahun 2019, film tersebut sangat booming diberitakan dimana-mana. Reviewnya pun
bertebaran di berbagai media. Hal tersebut membuatku sungguh penasaran wkwkwk.
Hal yang paling
tidak membuatku lupa menonton film tersebut sampai saat ini, bukan perjuangan
mendapatkan tiketnya (itu mah biasa). Apa coba? Rasanya baru pertama kali
itulah nonton film di bioskop, dimana seluruh penontonnya disuruh berdiri
menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum film diputar.
Kira-kira sudah
tahu film apa yang kumaksud? Yes film Bumi Manusia yang diangkat dari buku
pertama tetralogi Pulau Buru yang berjudul Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta
Toer.
Kenapa Baru Tahu Sekarang?
Walaupun lumayan
suka baca dan ngaku-ngaku book lovers, tetapi entah mengapa baru pada
tahun 2019 itulah saya baru tahu. Indonesia memiliki sastrawan yang terkenal produktif
menelurkan karya dan berhasil menyabet berbagai penghargaan internasional.
Melihat filmnya
yang kece badai, enggak ngebosenin ceritanya walaupun durasinya 3 jam. “Pokoknya
harus baca bukunya tidak boleh tidak”, pikirku waktu itu. Karena dari beberapa
film yang ceritanya diadaptasi dari novel yang pernah kutonton.
Biasanya versi
novel kisah dan penggambarannya lebih bagus dan detail. Karena menurut Asma Nadia,
adegan satu dari adegan lainnya dalam
film sangat dibatasi oleh durasi.
Jadi tanpa ba bi
bu dan berpanjang lebar, kelar nonton mampir dulu ke toko buku dulu sebelum
pulang. Alhamdulillah ke empat bukunya
yang terdiri dari Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah
Kaca. Tersedia berjajar dengan manis di rak display, jadi bungkus dech dengan
suka cita dan bahagia.
Review Roman Bumi
Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer
Roman
Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer yang berseting tahun 1800-an ini, dengan
kekayaan narasi yang sangat luar biasa. Seolah-olah mengajak kita menyaksikan
langsung pedihnya menjadi bangsa yang terjajah.
Tokoh utamanya
adalah Minke, siswa HBS (setara dengan SMA) yaitu sekolah yang hanya diperuntukan bagi orang Eropa, Belanda, dan kaum
priyayi.
Putra bupati ini pengagum
berat peradaban barat, terutama pada
bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan. Ia mengidentifikasi dirinya sebagai
orang Jawa berilmu pengetahuan Eropa.
Oleh
karena itu, Ia
sangat ingin melepaskan gelar kebangsawanan
yang melekat pada dirinya, karena dipandang
sangat primordial.
“Dalam mengangkat sembah serasa hilang seluruh ilmu dan pengetahuan yang kupelajari tahun demi tahun belakangan ini. Hilang indahnya dunia sebagaimana yang dijanjikan oleh ilmu …..Sembah pengagungan kepada para leluhur `dan pembesar melalui dan penghinaan diri! Sampai sedatar tanah kalau mungkin! Uh anak cucuku tak kurelakan menjalani kehinaan ini”.
Satu benda hasil
ilmu pengetahuan yang tidak bisa berhenti ia kagumi adalah percetakan terutama
zincografi, yang mampu memperbanyak gambar berpuluh ribu lembar dalam sehari.
Selain cerdas
dalam bidang akademis, Minke juga piawai menulis. Ide-ide briliannya kerap
mengisi kolom-kolom surat kabar Belanda dengan nama pena Max Tollenaar.
“Dalam hidupku,baru seumur jagung , sudah dapat kurasai: ilmu pengetahuan telah memberikan kepadaku suatu restu yang tiada terhingga indahnya”. (halaman 11)
Kisah bermula
ketika ia ditantang oleh temannya yang bernama Robert Suurhof untuk berberkunjung ke rumah keluarga Melema di Wonokromo,
yang terkenal dengan keindahan dan kemewahannya. Kepergian dua pemuda itu untuk
menemui putri bungsu keluarga tersebut yang bernama Annelies Melema.
Robert Suurhof ternyata
diam-diam menyukai gadis Indo Eropa tersebut, namun Annelies menjatuhkan
hatinya kepada Minke yang telah ia kagumi sejak pertama kali mereka berkenalan.
Ujian cinta pasangan
ini luar biasa teman-teman. Penolakan bukan hanya datang dari Tuan Melemma ayahnya
Annelies, tetapi juga dari keluarga Minke.
Mereka kurang
setuju Minke menikah dengan Annelies, karena ibunya adalah seorang perempuan
pribumi yang dinikahi orang Eropa yang dikenal dengan sebutan nyai-nyai yang
memiliki citra negatif dalam pandangan masyarakat.
Apakah mereka jadi
menikah?
Karakter Favorit Aku
Nyai Ontosoroh
atau Sanikem adalah ibundanya Annelies. Seorang perempuan pribumi yang diberikan
ayahnya sebagai sogokan kepada Herman Melemma agar ia ditunjuk sebagai juru
bayar. Aku tuh sebagai perempuan sebel banget pas baca bagian ini, “Ada yah …bapak
semacam itu dimuka bumi ini.”
Namun nasib Nyai Ontosoroh
tidak semuanya buruk. Herman Melemma sosok laki-laki berkebangsaan Eropa yang memiliki karakter cukup baik, sebelum jatuh ke
dalam rayuan perempuan-perempuan penghuni rumah bordir.
Tuan Melemma
mengajarkan istrinya membaca, menulis, berhitung dan bahasa Belanda. Sebuah
kemewahan yang tidak mungkin didapatkan oleh perempuan pribumi.
Sehingga Sanikem
bermetamorfosis menjadi seorang Nyai Ontosoroh perempuan pribumi berfaras
cantik dan berotak cerdas laiknya perempuan Eropa. Di tangannya perusahaan
milik Tuan Melemma berkembang dengan pesat.
Runtuhnya
Kekaguman Minke Terhadap Peradaban Barat
Ketegangan cerita dalam novel yang sempat dilarang beredar pada masa Pemerintahan Orde Baru ini, memuncak ketika datang surat panggilan dari pengadilan Putih Netherland.
Sepertinya itu
hari tergelap dalam kehidupan Minke, dia harus berpisah dengan kekasihnya yang
berwajah bulan secara dramatis. Apalagi Nyai Ontosoroh dia harus kehilangan
segalanya, bukan hanya kehilangan harta hasil kerja kerasnya selama
bertahun-tahun tetapi juga anak kesayangannya.
Minke sempat memberikan perlawanan melalui berbagai
tulisannya di media, tapi apalah daya sepintar apapun penduduk pribumi tidak
mempunyai tempat di kalangan masyarakat penjajah. Begitupun dengan Annelies dan
Nyai Ontosoroh, pada masa penjajahan suara perempuan dianggap tidak ada mereka tidak
bisa melawan untuk mempertahankan hak-haknya.
"Kita kalah, Ma," bisikku. "Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-sebaiknya, sehormat-hormatnya."
Duuuhhh adegan ini sangat mengharu biru, sampai cireumbay bacanya.
Keren
pokoknya, Pramoedya Ananta Toer menyajikan rangkaian peristiwa begitu detail, sehingga
membacanya ikut hanyut merasakan apa yang dialami oleh para tokohnya.
Penuh Kesyukuran
Membaca Novel Bumi
Manusia ini membuat saya mengerti, mengapa pembukaan UUD 45 berisi tentang kesyukuran
kepada Allah Yang Maha Kuasa, yang telah menganugerahkan nikmat kemerdekaan
bagi bangsa Indonesia.
Judul buku : Bumi Manusia |Penulis:
Pramoedya Ananta Toer | Penerbit :
Lentera Dipantara |Jumlah Halaman: 531|Cetakakan : ke
31, maret 2019 | ISBN : 9789799731234 | Harga : Rp. 132.000
Film yang aku suka adalah Laskar Pelangi. Ada juga Maryamah Karpov. Bukunya aku baca sampe 3 kali. Memang ya penulis idola itu memang selalu punya pesan untuk pembacanya.
ReplyDeleteWah, Oemi langsung borong bukunya nih. Saya udah lama pengin baca Bumi Manusia ini, tapi kok belum sempat. Kayaknya perlu harus diresapi soalnya bacanya, sayang kalau buru-buru.
ReplyDeleteAaaaa, aku belum baca buku legend ini. Pengen baca, tapi niatnya belum sekuat itu. Baru pernah nonton filmnya yang menurutku tidak terlalu menggambarkan kondisi yang sesungguhnya.
ReplyDeleteWah langsung beli satu set ya mbak
ReplyDeleteMemang legend buku bumi manusia ini
Hanya jadi makin booming setelah di film kan ya
Waduhhh aku jd penasaran nih ending dr cerita suurhof dan anneliess, apakah mereka jdi menikah ? Wkwkwkwk
ReplyDeleteAku baca ini juga langsung sukaa sih meskipun agak telat bacanya baru tahun 2019 kemarin huhu.. akhirnya pas nontonn filmnya jadi nyambungg
ReplyDeletesalah satu buku yang masuk wishing list ini, tetralogi pulau buru, kebayang deh novel Pramoedya, bagus, reviewnya juga bagis mbak
ReplyDeletebuku legend ini 😍 dari dulu pengen baca tapi lihat tebalnya kok langsung mundur haha tapi abis baca ini jadi pengen nonton deh
ReplyDeleteResensi buku-buku Pramoedya Ananta Toer ini sebenarnya sering saya temukan di mana-mana. Sebagai salah satu sastrawan terkemuka di zamannya, kebayang sih gimana bagusnya cerita yang disajikan, walau sayangnya saya sendiri belum sempat membacanya. Lihat ulasan Bumi Manusia di sini, jadi semakin penasaran ingin baca versi lengkapnya.
ReplyDeleteBuku yang masih jadi wishlist sih. Sebab masih banyak buku di rumah yang belum aku baca
ReplyDeleteBuku nya bagus banget ya mba. Apalagi berbicara mengenai dunia. Wah jadi penasaran
ReplyDeleteBelum pernah baca ini padahal penulisnya kece banget, pasti punya vibes penulisan yang unik dan keren pastinya
ReplyDeleteAku belum berhasil menyelesaikan tontonan Bumi Manusia.
ReplyDeleteYang menarik settingnya dan jalan ceritanya sesuai banget ya.. Dan relate sama aku yang pernah tinggal di Surabaya. Berasa ikut mengalami setting setiap setting yang disajikan Pramoedya Ananta Toer.
Asyik baca bukunya atau nonton film-nya, mbak? Aku belum pernah baca maupun lihat filmya, hehe. Ikut penasaran gimana endingnya.
ReplyDeleteaku sudah nonton filmnya bumi manusia dan bagus, pengen juga deh baca bukunya, biasanya di buku lebih detail dan sensasi nya lebih dapet ya kalau lagi baca
ReplyDeleteJadinya kisah di bukunya sama dengan yang di film kah? Dulu aku nonton filmnya juga. Pedih banget melihat penderitaan Minke, Annelise dan Nyai Ontosoroh di kisah Bumi Manusia ini. Mereka yang saling mencinta harus dipisahkan oleh arogansi aturan kaum Hindia Belanda.
ReplyDelete