Nenek moyangku seorang pelaut
Gemar mengarung luas samudra
Menerjang ombak tiada takut
Menempuh badai sudah biasa
Angin bertiup layar terkembang
Ombak berdebur ditepi pantai
Pemuda berani bangkit sekarang
Ke laut kita beramai-ramai
Teman-teman masih ingat lagu karangan Ibu
Sud yang berjudul Nenek Moyangku Seorang Pelaut, di atas?
Setelah membaca buku yang berjudul Clavis
Mundi karangan Helmy Yahya, saya bisa merasakan betapa bangganya Ibu Sud
terhadap nenek moyang kita. Hal itu terlihat dengan jelas dari diksi yang
digunakan dalam lagu tersebut.
Indonesia sebagai negara yang memiliki
garis pantai terpanjang ke dua di dunia, dan luas perairan lautnya mencapai 71 %,
dari keseluruhan wilayahnya. Tentu kehidupan masyarakatnya tidak bisa
dilepaskan dari kehidupan laut, begitupun dengan sejarah bangsa ini.
Fakta sejarah menyatakan, selama ratusan
tahun nenek moyang kita dengan digdaya menguasai lautan. Salah satunya adalah
sosok pemuda tangguh Nusantara yang berhasil mengelilingi dunia untuk pertama
kalinya, namun fakta kehebatannya disembunyikan Eropa selama ratusan tahun.
Enrique Putra Amboina
Enrique terlahir dengan nama Patsaranga,
pada sebuah kampung di tepai pantai. Anak lelaki berambut keriting ini, dari
kecil tidak pernah merasakan kasih sayang kedua orang tuanya.
Ibunya meninggal ketika melahirkannya,
sedang sang ayah hilang ditelan laut. Enrique kecil harus hidup bersama paman
dan bibinya, yang kerap menghadiahkan jeweran atau pukulan ketika ia melakukan
kenakalan.
Beruntung ia memiliki Datuk Harun Abbas,
seorang lelaki berpengetahuan luas yang tidak kehilangan kegagahannya walaupun
sudah menginjak usia senja.
Enrique sangat menikmati kebersamaan
dengan datuk yang mengajarkan berbagai bahasa asing diantaranya bahasa Arab, China,
Spanyol, dan Latin. Ia pun nyaman berlama-lama di rumah sang guru yang suka
memanggilnya dengan sebutan Boy.
Bagaimana tidak betah, di rumah Datuk
Harun terdapat sebuah benda yang sangat menarik perhatiannya. Bola cokelat
besar dengan gambar dan tulisan-tulisan pada permukaannya, yang dipasang pada
struktur penyangga kayu jati yang kuat pada kedua sumbunya hingga benda
tersebut dapat diputar-putar.
Enrique tidak akan pernah lupa benda itu disebut Erdapfel, yang secara
harpiah dalam bahasa Jerman berarti bulat apel. Sekarang benda tersebut dikenal
sebagai bola dunia.
Terra Incognita
Saranga alias Boy alias Enrique harus
meninggalkan tanah kelahirannya. Terra Incognita begitu Maluku tertulis dalam
Erdapfel. Sebuah tempat yang tidak dikenal bagi orang Eropa, tetapi bagi
Enrique pulau subur penghasil berbagai rempah
yang sangat berharga itu adalah pusat dunia.
Petualangan Enrique dimulai ketika Datuk
Harun mengajaknya pulang kampung ke
Malaka, ketika orang tua itu merasa penetrasi bangsa Eropa mulai membahayakan. Dia
harus mengingatkan Sultan Malaka secepatnya.
Enrique tidak menyangka dalam
perjalanannya ke Malaka, setelah mengunjungi kerajaan Demak dan Palembang. Ia
akan kehilangan sang guru, satu-satunya orang yang ia percayai. Datuk Harun
mengalami sakit keras kemudian wafat, sebelum sampai di Malaka.
Tetapi yang membuatnya lebih sakit hati,
adalah jenazah Datuk tidak diperlakukan dengan terhormat dan barang-barangnya
di curi oleh kru kapal. Beruntung ia sempat menyelamatkan sarung, astrolabe
kecil, dan cincin Datuk. Ketiga benda tersebut selama hidupnya, tidak pernah
lepas ia kenakan.
Pas bagian ini, saya tuh enggak bisa
membayangkan bagaimana perasaan anak remaja itu kehilangan satu-satunya orang
yang dipercaya di tanah asing. Pasti sedih dan bingung banget.
Armada De Moluccas
Takdir mempertemukan Enrique dengan Senor
Magellan seorang pelaut asal Portugis yang sedang berkunjung ke Malaka. Takdir
juga membuat keduanya saling berutang nyawa.
Saat Lotus Emas jatuh, Enrique tidak
dapat menolak ketika Magellan mengajaknya ke Eropa dan harus dibaptis. Dengan
satu syarat statusnya bukan seorang budak Magellan.
Kehadiran Enrique di Eropa menjadi bukti
bahwa pulau penghasil rempah, yang memiliki nilai jual sangat tinggi pada saat itu nyata adanya.
Magellan pun kemudian mengajukan proposal kepada Raja Portugis untuk mengadakan
pelayaran ke Maluku. Tetapi raja yang sejak awal tidak pernah menyukai Magellan
itu menolak mentah-mentah.
Proposal tersebut kemudian diajukan kepada
Raja Spanyol. Apakah Raja Carlos menerimanya? Tidak semudah itu guys.
Pada saat itu, karena masih berusia muda
banyak yang meragukan kemampuannya termasuk penasihatnya sendiri. Tetapi
rasa ingin tahu raja muda ini lumayan tinggi.
Setelah melihat kemampuan berbahasa dan
kebiasaan menggunakan astrolabe dari anak Amboina, yang begitu mengagumkan di
depan para pejabat kerajaan. Akhirnya Raja Carlos menyetujui pelayaran ke
Maluku melalui jalur Barat. Sebuah jalur yang belum pernah dilakukan oleh para
pelaut sebelumnya, karena Spanyol terikat perjanjian Tordesillas dengan
Portugis.
Maka pada tanggal 20 September 1519 dari tepian Sungai Guadalquivir, pelabuhan
Sevilla, Raja Carlos melepas Armada De
Moluccas yang terdiri dari lima kapal yaitu:
1. Trinidad
Kapal yang mampu membawa enam puluh awak
ini, merupakan kapal utama dalam pelayaran De Moluccas dibawah kendali langsung
Ferdinan Magellan yang menjadi kapten jendral dalam pelayaran tersebut.
2. San Antonio
Walaupun ukurannya lebih besar dari
Trinidad, kapal ini mempunyai kekuatan untuk menembus gelombang jadi bisa maju
lebih dulu. Kapal ini dipimpin oleh Kapten Senor de Cartagena.
3. Concepcion
Dalam pelayaran De Moluccas kapal ini
dipimpin oleh Kapten Gaspar de Quesada dan yang bertindak sebagai nakhodanya
adalah Juan Sebastian Elcano.
4. Victoria
Kapal berbobot 85 ton ini dipimpin oleh
kapten Luis Mendoza
5. Santiago
Merupakan kapal paling kecil dalam ekspedisi
ini, dipimpin oleh kapten Joao Serrao yang ditemani oleh Duarte Barbosa dan
Esteveao Gomez.
Akankah kelima armada ini berhasil kembali
ke Spanyol dengan dipenuhi berbagai rempah yang sangat berharga dari kepualauan
Maluku?
Clavis Mundi Menurut Aku
Novel Clavis Mundi merupakan karya Helmy
Yahya, Utama Prastha dan Donna Wijayanto. Ditulis berdasarkan hasil riset
Reinhard Tawas.
Ketertarikan Reinhard Tawas yang dikenal
sebagai komentator olahraga ini, membawanya sampai ke Spanyol dan Italia. Untuk
mencari catatan tentang perjalanan Ferdinan Magellan, yang tersembunyi di
sudut-sudut labirin perpustakaan Vatikan.
Ketika sampai pada halaman akhir buku setebal 584 halaman ini, aku berharap tujuan penulis untuk membangkitkan semangat kebangsaan dikalangan milenial ini tercapai. Karena walaupun rangkaian cerita disusun berdasarkan alur sejarah, tetapi para penulis mampu merangkainya menjadi sebuah cerita yang seru dan mudah dipahami. Pokoknya jauh dari kata membosankan.
Walaupun lidah rada-rada keriting mengeja
nama-nama Portugis dan Spanyol, serta pada beberapa bagian tertentu terdapat
pemotongan kalimat yang kurang tepat menurutku, jadi agak mengganggu.
Eh satu lagi, seharusnya para
penulis saat terjadi momen-momen sentimental seperti saat Datuk Harun meninggal dunia, atau saat Magellan berpisah dengan keluarganya digambarkan lebih dramatis. Sehingga
pembaca bisa merasakan feel-nya lebih dalam.
Tapi over all keren sih buku ini, harus
kalian nikmati ceritanya dan rasakan kebanggan mempunyai nenek moyang yang
begitu gagah berani mengarungi lautan menaklukan gelombang.
Judul Buku : Clavis Mundi | Penulis :
Helmy Yahya, Utama Prasatha , dan Donna Widjajanto | Periset : Reinhard Tawas |
Penerbit : Cempaka Putih | Jumlah Halaman : 584 Halaman | Tahun Terbit : 2022
|ISBN : 9786232023413
Nenek moyang pelaut ternyata seruuuu juga dimanifestasikan sebagai novel.
ReplyDeleteWaahh jd pengin baca.
Asyik nih pastinya
Nah iya nih, sering bilang nenek moyang orang pelaut. Tapi nggak tahu bagaimana kehebatan mereka saat di lautan. Kalau begini jadi tahu dan bangga ya.
ReplyDeleteKalau boleh tahu, Clavis Mundi artinya apa? Saya kira, nama tokoh utamanya, ternyata bukan. Bukunya bagus, para penulis meriset sampai Vatikan. Sehingga ada sejarah Indonesia yang terkuak sebelum VOC menguasai tanah air.
ReplyDeleteClavis Mundi artinya kunci dunia yaitu bahasa
DeleteWah masyaAllaah.. aku kayaknya perlu baca juga nih mbaa. suka sama tema buku yang mengusung isu isu kek ginii
ReplyDeleteWow, buku dengan latar belakang sejarah tuh vibesnya beda banget, serasa menilik masa lalu, proses pembuatan nih buku pasti butuh riset yg banyak banget apalagi buat nyatuin tempat dengan namanya masing-masing di satu zaman di masa lalu.
ReplyDeleteWow, kayaknya keren banget nih bukunya. Mau cari ah.😍 Makasih banyak reviewnya, Kak.
ReplyDeleteMelihat judul buku Clavis Mundi, aku berpikir buku ini mengenai biografi seseorang yang bernama demikian.
ReplyDeleteTernyata bukan dan sungguh di luar bayanganku bahwa kisah bersetting negara Eropa yakni Spanyol dan Italia yang mewarnai sepanjang cerita. Kisah Enrique ini yang menjadi center seluruh cerita dan membawa pembaca untuk ikut berpetualang mengarungi lautan luas.
Auto nyanyi baca awal artikel. Keren bukunya, Clavis Mundi, pengetahuan baru nih betapa bangga mempunyai nenek moyang yang begitu gagah berani mengarungi lautan menaklukan dunia
ReplyDeleteTerpukau dengan kisah yang disajikan di sepanjang perjalanan membaca buku Clavis Mundi. Yang awalnya kupikir adalah sebuah buku biografi seseorang bernama tersebut. Namun ternyata, perjalanan ini ditemani oleh karakter yang bernama Enrique untuk mengarungi lautan luas terutama ketika sampai ke daratan Eropa.
ReplyDeleteWah aku suka nih jenis buku seperti ini, ada napas sejarahnya yang dibalut cerita yang tidak terlalu rumit dan sulit dipahami. Bisa dibayangkan betapa kayanya Indonesia masa lalu sehingga menjadi rebutan negara Eropa, jadi tahu sebelum VOC menginjakkan kaki di bumi nusantara sudah banyak negara lain yang tiba terlebih dahulu.
ReplyDeleteBaca awalan artikel ini aku kok otomatis nyanyi, haha
ReplyDeleteMenari juga ceritanya, pengen baca juga
Awalnya aku kira ini novel terjemahan lo mba. Trus pas baca bagian nama pengarang, lah Indonesia punya. Keren banget! Jadi ingat dengan cerita orang Bira dan Perahu Pinisi
ReplyDeleteKalau Clavis Mundi itu sendiri artinya apa mbak? Aku punya buku yang Enrique, masih sama juga, ditulis oleh Helmi Yahya dan kolaborasi dengan Reinhard Tawas. Duo orang pintar ini pernah jaya di masanya sebagai raja kuis. Selalu ada saja pengetahuan baru kalau mengikuti kuis mereka ini. Keren ya Bang Reinhard, studi referensi sejarahnya sampai ke perpustakaan di Vatikan sana.
ReplyDeleteKayanya seru ya baca ini. Apalagi yang nulis orang-orang pinter, pasti banyak pelajaran yang bisa diambil dari sini.
ReplyDeleteawalnya saya kira buku ini karya orang luar mba, ternyata punya orang kita ya Helmy Yahya dkk, seru juga kayaknya baca novel tentang perlautan, imaginasinya menerka-nerka karena saya bukan seorang pelaut atau berkecimpung dalam dunia itu
ReplyDeleteMasyaa Allah ya. Buku ini seharusnya dibaca oleh anak muda Indonesia. Di tengah gempuran budaya luar yang kadang unfaedah.
ReplyDeletesaya lihat buku ini tampilannya mirip buku-buku dulu yaa mba, ilustrasinya juga 😍 sesaat sy jadi terkenang buku-buku yg sy baca dulu, btw clavis mundi genre historical fiction yg kudu masuk di bucked list nih 😁
ReplyDeleteAwalnya kupikir buku ini buku sejarah non fiksi, makin baca ulasannya makin nyadar kalau ini novel. Tapi best on story memang selalu menggetarkan ya. Apa lagi dikemas sebagai novel, sulit dilupakan jalan ceritanya.
ReplyDelete