Buku Adalah Hadiah Yang Bisa Kamu Buka Berulangkali
(Garnisun Keillor)
Rayakan Dengan Buku
Entah
sejak kapan dan entah siapa yang memulai, dalam keluarga kecil kami terdapat
tradisi memberi hadiah buku pada
moment-moment bahagia. Seperti ulang tahun, kenaikan kelas, ulang tahun
pernikahan, ketika juara lomba dll. Pokoknya apa aja yang kami anggap
membahagiakan atau membanggakan diberi hadiah buku.
Nah
pada hari ulang tahun pernikahan kami yang ke…. (kasih tahu enggak ya?) Oktober
tahun lalu. Paksu menghadiahiku dua buah
buku spesial, yang super tebal karangan Eiji Yoshikawa yaitu Musashi dan Taiko.
Kedua
buku tersebut, sebenarnya sudah lama menjadi inceran. Tetapi melihat body
bongsornya dan harganya yang lumayan bisa bikin dompet jadi langsing, membuatku
berpikir dua, tiga, sampai empat kali untuk memasukannya ke dalam keranjang
(maklum emak-emak all about duit harus dipikirkan baik-baik wkwkwk).
Jadi
seneng banget dong waktu kedua koleksi buku Jepang pertamaku ini mendarat
dengan manis di rumah.
Judul
Buku : Musashi | Penulis : Eiji Yoshikawa | Alih Bahasa : Tim Kompas | Penerbit
: Pt Gramedia Pustaka Utama | Tahun Terbit : 2003, Juni Cetakan ketiga | Jumlah
Halaman : 1248 Hal | ISBN : 979-655-603-0 |
Kalah Perang
Penulis
mengawali kisah Musashi dengan adegan kedua sahabat yang berjalan
tertatih-tatih dengan badan penuh luka. Mereka berusaha melarikan diri setelah
kalah dalam peperangan di Sekigehara. Kedua sahabat itu adalah Takezo dan
Matahachi.
Kedua
sahabat itu saling menyayangi dan saling membela satu sama lain, tidak ada
sedikitpun masalah diantara keduanya. Tetapi ibunya Matahachi menganggap Takezo
sebagai orang jahat tidak beretika yang menyeret anak kebangganggaan keluarga,
sebagai pewaris keluarga Hon’iden, ke medan pertempuran hingga tewas.
Sumber Gambar : Pinterest |
Takezo
menjadi buronan yang paling
dicari, seluruh penduduk bersama tentara dikerahkan untuk menangkap dirinya. Sehingga ia tidak bisa kembali ke rumah, untuk
sekedar menyapa kakak perempuannya, Ogin, yang tinggal sendirian.
Satu-satunya
orang yang dapat meluluhkan keganasan Takezo adalah pendeta Takuan. Pendeta itu
berhasil membujuk Takezo untuk menyerahkan diri. Kerennya lagi pendeta itu sama
sekali tidak menggunakan kekerasan, Ia tahu betul sifat manusia yang tidak bisa
hidup sendirian. “ manusia itu tidak kuat, mereka itu lemah. Kesendirian bukan
alamnya, terutama kalau kesendirian itu disertai dengan pengepungan tentara dan
pengejaran pedang” (hal 90)
Takuan
kemudian mengikat Takezo berhari-hari
pada pohon Kriptomeria agar ronin itu tidak melarikan diri sebelum
dieksekusi.
Sumber Gambar : Pinterest |
Diantara
ratusan penduduk kampung yang sangat bernafsu ingin menghabisi nyawa Takezo,
ada seorang perempuan cantik sebatangkara penghuni kuil Shippoji yang menaruh
hati padanya. Perempuan itu pada suatu malam nekad menaiki pohon kriptomeria
dan melepaskan belenggu yang mengikat pemuda yang sulit dicari lawan tandingnya
itu.
Hal
pertama yang dilakukan Takezo setelah berhasil meloloskan diri adalah membebaskan Ogin yang ditawan di
Hinagura. Pemuda dari Miyamoto itu berhasil menerobos benteng dan mengalahkan
ratusan serdadu yang berusaha menangkapnya. Namun sayang usaha kerasnya tidak
membuahkan hasil, kakaknya telah dipindahkan ke Himeji.
“ Belajarlah takut pada apa yang menakutkan …. Kekuatan yang kasar dalam permainan anak-anak , kekuatan binatang yang tak berakal….Punyailah kekuatan prajurit sejati ….. keberanian yang nyata … Hidup itu berharga”
Lahirnya Musashi
Takezo
pergi ke Himeji untuk mengetahui keberadaan Ogin dan memenuhi janji kepada
seseorang yang telah begitu berjasa dalam hidupnya. Namun tanpa disangka disana
ia bertemu dengan Takuan. Seperti kerbau dicocok hidung, Takezo menurut begitu
saja ketika pendeta Zen itu menyuruh untuk mengikuti dirinya.
Takuan
membawa Takezo ke puri Himeji yang terkenal dengan sebutan Puri Bangau Putih
milik Ikeda Terumasa. Di sana ia diperlakukan dengan sangat baik, sang tuan
rumah mengizinkannya untuk membersihkan diri dan memberikan pakaian baru berupa
kimono kain hitam dan hakama serta perlengkapan lainnya yaitu kipas
lipat, kertas tisu dan sepasang samurai panjang maupun pendek. Pemuda itu
sangat terharu, ia benar-benar diperlakukan sebagai manusia.
Sumber Gambar : Pinterest |
Menurut Ikeda Terumasa, kesalahan Takezo tidak dapat diampuni. Oleh karena itu, harus dijatuhkan hukuman.Takezo hanya bisa menundukan kepala menahan malu dan pasrah menerima hukuman apapun yang akan dijatuhkan kepada dirinya, ketika menghadap yang dipertuan puri Himeji itu satu jam kemudian.
Saya
tuh sudah membayangkan kalau Takezo akan dihukum penggal, cambuk atau hukuman
fisik yang mengerikan lainnya seperti yang sering digambarkan difilm-film kalau
seorang samurai atau ronin bersalah. Ternyata tidak teman-teman.
Takezo
sangat beruntung, bukan pengusa puri Himeji itu yang berhak menghukum dirinya
tetapi Takuan. Karena Aoki Tanzaemon, pemimpin pasukan yang melakukan pengejaran terhadap Takezo, telah
berjanji apabila pendeta itu berhasil menangkap Takezo maka ia yang berhak
menjatuhkan hukuman.
Hukuman
apakah yang diberikan Takuan kepada Takezo? Apa coba? Ada yang bisa nebak?
Pendeta
itu mengurung Takezo pada salah satu ruangan kosong di menara utama Puri Himeji
yang gelap gulita dan katanya berhantu. Pada ruangan itu tidak ada kalender,
tidak ada musim semi, tidak ada musim musim gugur, tidak ada bunyi aktifitas
manusia sehari-hari. Hanya ada sebuah lampu kecil, meja pendek,
bertumpuk-tumpuk buku berbahasa Jepang dan Cina, buku-buku tentang Zen dan
berjilid-jilid sejarah Jepang.
Pesan
Takuan sebelum menutup ruangan gelap dan berhantu itu menurutku dalem banget
“Anggaplah kamar ini sebagai rahim ibumu dan bersiaplah untuk lahir kembali. Kalau kau melihatnya hanya dengan matamu, tak akan kau melihat apa-apa kecuali sel yang tak berlampu dan tertutup. Tapi pandanglah lebih seksama. Lihatlah dengan akalmu dan dan berpikirlah. Kamar ini dapat menjadi sumber pencerahan, pancuran pengetahuan yang ditemukan dan diperkaya oleh orang-orang bijaksana dimasa lalu. Terserah padamu, apakah kamar ini menjadi kamar kegelapan ataukah kamar penuh cahaya."
Tiga
tahun Takezo tenggelam menyelami kedalaman makna dari setiap rangkaian kata dan
kalimat-kalimat penuh makna dalam setiap kitab yang dibacanya. Ketika Takuan
datang untuk mengeluarkan dirinya, ia sudah benar-benar menjadi sosok manusia
baru tercerahkan. Oleh karena itu, Tarumasa Ikeda dan Takuan sepakat memberikan
nama baru baginya Miyamoto Musashi.
Empat Karakter Musashi
1. Disiplin
Musashi
tidak pernah memalingkan muka sedetikpun dari jalan yang sedang ditempuhnya, jalan
Samurai. Menurutnya Jalan Samurai adalah kebenaran tertinggi yang melebihi
dewa-dewa dan para Budha. Ia memantapkan diri menjadi seorang shugyosha yaitu samurai
yang mengembara untuk mengasah keterampilan dan keberanian melalui duel
mematikan. Berulangkali para daimyo memintanya untuk bekerja dengan imbalan
ribuan gantang beras ditolaknya. Tidak hanya tawaran daimyo ia juga
mampu mengeraskan hati menepis hasrat dalam dirinya ketika memandang tatapan
lembut mata Otsu. Satu-satunya perempuan
yang bertahta dalam hati samurai yang tidak terkalahkan selama hidupnya.
2. Selalu Melakukan Evaluasi Diri
Tidak
heran sih, Musashi tumbuh menjadi sosok petarung handal. Ia selalu mengevaluasi
setiap gerak langkah yang diambilnya dan selalu mencamkan dalam diri dan
mencatatnya bahwa ia tidak akan melakukan hal-hal yang akan membuatnya menyesal
Sumber Gambar : Pinterest |
3. Tidak Bertarung Jika Tidak Yakin Menang
Sebelum
meladeni tantangan duel Musashi selalu mempelajari karakter lawannya, ia tidak
akan bertarung bila tidak yakin akan memenangkannya.
4. Belajar dari Alam
Musashi
selalu kebingungan jika ditanya siapa gurunya atau dari perguruan mana. Karena
ia selalu belajar dari lingkungan sekitarnya. Sungai, gunung lembah dan ngarai
adalah gurunya.
Detail
Eiji
Yoshikawa menuturkan kisah Musashi dengan detail, walaupun tokoh dalam novel
ini lebih dari se- RT kali. Saking banyaknya kadang saya tuh sampai lupa wkwkwk.
Tapi kerennya semua mempunyai karakter yang jelas. Kisahnya terhubung satu sama
lain terjalin dengan rapih, bersatu dalam satu poros kehidupan seorang Miyamoto
Musashi.
Selain
penggambaran karakter tokohnya yang terang benderang, penggambaran adegan
berantemnya juga keren jadinya kayak lagi nonton film laga. Bukan itu saja,
seting waktu dan tempatnya juga ok. Ketika baca buku ini seolah-olah kita
sedang melakukan time travel ke Jepang abad 17.
Musashi Novel Legend
Musashi pertama kali diterbitkan di Jepang pada tahun 1935-1939 dalam bentuk serial yang dimuat dalam surat kabar Jepang Asahi Shimbun. Sedangkan di Indonesia kisah Musashi diterbitkan pertama kali dalam bentuk cerita bersambung dalam koran Kompas pada tahun pada tahun 1983-1984 kemudian diterbitkan dalam bentuk buku saku yang terdiri dari tujuh jilid. Pantesan jadinya tebel banget ketika pada tahun 2002 Gramedia menerbitkannya utuh dalam satu buku.
By the way ternyata
teman-teman, Musashi versi Indonesia itu, bukan dialihbahasakan langsung dari
bahasa Jepangnya tetapi dari bahasa Inggris.
Duh
jadi penasaran sudah dialihbahasakan dari berbagai bahasa aja keren begini
ceritanya. Apalagi kalau baca langsung yang berbahasa Jepangnya.
Semangat Musashi
Sebagaimana
karakter Musashi yang selalu semangat dan disiplin meraih cita-citanya. Baca
novel ini juga perlu semangat dan disiplin karena tebel buangeeeett , terus
tulisannya rada-rada kurang ramah dengan mata tuaku. Karena endut banget,
bukunya enggak bisa dibawa-bawaberat banget kalau dikantongi dalam tas. Jadi
bacanya harus beneran sedang di rumah.
Hampir
dua bulan saya menghabiskan buku ini,sampai dibantu aplikasi Bookmori biar tiap
hari diingatkan. Tapi worthed kok dengan waktu yang kuluangkan untuk membaca
cerita ini, banyak banget pelajaran kehidupan yang dapat diraih. Bukunya juga pasti awet soalnya hard cover dan
kertasnya hvs jadi enggak gampang kuning.
Puasa gini emang paling enak buat nemenin buka puasa sambil baca buku.. menarik bukunya karangan Eiji Yoshikawa yaitu Musashi dan Taiko ini. Aku terakhir baca buku tebal bgt kapan ya. Ahaha. Rata2 masih baca. Buku novel karya anak bangsa aku suka karya Ahmad fuadi yg 5 Menara
ReplyDeletePaksunya so sweet ya sama istri tersayang, tahu aja pasionnya baca buku. Kalo aku udah nyerah baca buku yg tebal banget butuh effort berhari-hari mengingat mata lumayan kabur, Hehehe
ReplyDeleteBetewei makasi ya mba atas resensi bukunya yang komplit dan terjabar dengan baik.
Happy banget kalau dapat hadiah buku tuh, apalagi buku keren kayak novel Musashi ini. Apalagi ni termasuk novel legend ya mbak.
ReplyDeleteTradisinya elegan banget ini mah, dikado buku. Bener² sefrekuensi ya hehee.
ReplyDeleteWah karakter Musashi ini bagus untuk ditiru. Jangan asal melangkah kalo gak yakin. Keren jga reviewnya
Mantap banget dan bisa jadi sosok inspirasi nih dalam menjalani hidup seperti displin dan semangat.. Wkk meski beli nih buku jnj
ReplyDeleteSweet banget paksu-nya ngasih hadiah buku, tradisinya mirip-mirip keluarga saya tapi ayah saya yang duku suka menghadiahkan buku untuk anak-anaknya. Detail banget kak baca dan review bukunya, sampai ditandai gitu. Terniat sih bener-bener happy dikasi buku nih..
ReplyDeleteSo sweet! Saling kasih hadiah buku, lama-lama rumah punya perpustakaan mini yang seru nih😍. Btw, novelnya tampak tebal, tapi pas baca review di atas kayanya ngga perlu waktu lama buat nyelesaikannya ya Mba
ReplyDeleteYa ampun, dulu sering liat kakakku baca buku legend ini, sempet baca aku kayaknya terlalu berat buat aku ketika kecil dulu makanya lebih senang baca Senopati Pamungkas, baru sekarang coba baca lagi dan mulai mengerti jalan ceritanya serta filosofi hidup yang diuntaikan dalam bentuk kata oleh pengarangnya.
ReplyDeleteBelum pernah baca
ReplyDeleteTapi suka lihat cover-nya berseliweran di temlen medsos khusus buku yang sya punya
Ternyata seru ya novel-nya
Wah, belum pernah saya baca buku setebal itu, Kak. Jadi insecure yang baca buku setebal 200 an halaman saja langsung ambil bagian-bagian penting saja. Banyak panget pelajaran penting kehidupan dari buku tebel ini. Btw, bookmori apa, ya, Kak?
ReplyDeleteAplikasi reading tracker mba
DeleteBukunya tebel banget ya. Tapi terlihat menarik buat dibaca setelah bac resensinya. Banyak makna kehidupannya ya mba
ReplyDeleteKarakter tokohnya luar biasa dan menginspirasi sekali ya. Cuma tebal bukunya itu loh 🤣
ReplyDeleteIya mba...bikin segen bacanya wkwkw
DeleteMasku koleksi novel Musashi.
ReplyDeleteTapi masih yang satuan dulu itu.. Sekarang uda di bundle jadi satu buku gini yaa.. Wow, melihat ketebalannya dan kisahnya yang ternyata setelah aku baca ulasannya di blog ka Oemy, sama sekali gak termakan zaman yaa.. Tetap relate dan bisa menjadi pelajaran untuk para pembaca. Aku seneng banget dapet insight mengenai "Tidak Bertarung Jika Tidak Yakin Menang". Ini menggambarkan bagaimana kita haruuuss banget mengenal dan mengukur kemampuan diri sendiri.
Iya betul banget mba
DeleteSampai usia segini, rasanya baru Oshin saja, novel Jepang yang saya baca. Ketahuan, nih, angkatan berapa. Akhir-akhir ini, saya melihat banyak teman-teman yang mengulas novel yang ditulis penulis Jepang. Jadi tertarik pengen baca juga.
ReplyDeleteMantap juga yaa ketebalan novelnya. Saya ingat banget, dulu kakak saya punya Musashi yang versi buku saku itu tahun 80an klo ga salah. Sayang sekali dulu saya masih kecil dan tidak paham tentang keistimewaan buku ini. Sekarang malah bukunya sudah entah di mana huhuuu... bagus padahal ya kisahnya.
ReplyDeleteLegend banget novel ini. Aku inget baca ini pinjem dari perpustakaan sekolahku dulu Kak. Tebelnya g kira-kira. Untung bisa perpanjang pinjemnya haha. Memories banget
ReplyDelete