Buku Henry Manampiring yang
berjudul Filosofi Teras hampir selalu tertangkap pandangan ketika saya
berkunjung ke toko buku. Karena buku dengan soft cover yang didominasi
warna putih ini, kayaknya menjadi penghuni tetap rak yang hanya diperuntukam untuk
memajang Sepuluh Buku Terlaris. Rak spesial ini ditempatkan berhadapan langsung
dengan pintu masuk. Jadi setiap pengunjung pasti melihatnya.
Kebayang dong bagaimana kerennya
buku ini? tetapi walaupun begitu, saya tidak ada keinginan untuk sekedar
memegang apalagi membelinya. Karena melihat
judulnya itu bukan genre gue banget. Filsafat gitu lho.
Qadarullah suatu hari dapat
ilham wkwkwk, terbit keinginan untuk membaca novel Dunia Shopie karya Jostein
Gaarder yang telah bertahun-tahun menunggu giliran untuk dibaca. Ada dua alasan
kenapa saya nganggurin Dunia Shopie begitu lama, pertama jumlah halamannya
begitu banyak yang sukses membuat nyali bacaku ciut. Kedua banyak yang
mengatakan, bahwa novel tersebut membahas tema yang lumayan berat, tambah males
deh jadinya untuk berkenalan dengan si cantik Neng Shopie Amunsend.
Setelah membaca novel best
seller dunia itu, saya menjadi tahu berbagai aliran dalam filsafat salah
satunya Stoic. Semestapun seperti merestui saya, untuk berkenalan lebih jauh
dengan filosofi yang lahir di Athena 2000 tahun silam itu. Setiap membuka channel Youtube selalu
lewat berbagai podcast yang membahas filosofi Stoic diberanda, salahsatunya channel Great Mind yang
dibawakan oleh host cantik Marisa Anita.
Begitupun di medsos, teman-teman bookfluencer
banyak yang merekomendasikan buku ini. Jadi penasaran ingin baca ya sudah
langsung masuk keranjang deh.
Judul Buku : Filosofi Teras | Penulis
Henry Manampiring | Ilustrasi : Levina Lesmana | Penerbit : PT Gramedia Jakarta
| Tahun Terbit : 2022, Januari Cetakan XXVIII |Jumlah Halaman : 326
Halaman|ISBN : 978-623-344-302 |
Filosofi Teras
Filsafat Stoic lahir di Athena,
300 tahun sebelum Masehi atau 2300 tahun yang lalu. Saat itu seorang pedagang
tajir bernama Zeno yang berasal dari sebuah pulau yang terletak di sebelah
selatan Turki yaitu Siprus, sedang melakukan perjalanan laut dari Phoenicia ke Peiraeus.
Dalam pelayaran tersebut lambung
kapal yang ditumpangi Zeno dipenuhi barang dagangan khas Phoenicia miliknya.
Barang dagangan itu merupakan produk langka jadi harganya mahal banget yaitu
pewarna tekstil ungu berbahan dasar siput laut yang sering digunakan untuk
mewarnai jubah para raja.
Malang tak bisa ditolak, kapal
tersebut karam diterjang badai. Zeno bukan hanya kehilangan seluruh barang
dagangannya, ia juga terdampar di sebuah tempat yang jauh dari rumahnya yaitu
Athena.
Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
Mungkin itu quote yang sesuai
untuk menggambarkan keadaan Zeno. Tetapi jangan sedih dulu bukankah dari setiap
peristiwa pasti ada hikmah yang tersembunyi?
Di Athena yang dikenal dunia
sebagai wilayah yang banyak melahirkan filsuf besar, Zeno mempelajari berbagai
ajaran filsafat langsung dari ahlinya. Kemudian setelah mempunyai ilmu yang
cukup mumpuni, ia pun mulai mengajarkan filsafatnya sendiri.
Filsup asal Siprus itu suka
sekali mengajar para muridnya di sebuah teras berpilar atau stoa dalam bahasa
Yunani, yang terletak disebelah Utara Agora yaitu tempat berdagang atau
berkumpul-kumpul orang Yunani kuno.
Mulai sejak saat itu, pengikut
Zeno di sebut kaum stoa. Namun menurut Henry Manampiring, dalam proses
penulisan buku ini, ia menemukan orang-orang kesulitan menyebutkan Stoisisme.
Oleh karena itu untuk memudahkan, bukunya yang membahas tentang ajaran Stoisisme
ini diberi judul Filosofi Teras. Okh begitu rupanya. Ngerti sekarang.
Tujuan Utama Filosofi Teras
Mencapai hal-hal eksternal
seperti jodoh, kesuksesan, anak jenius, bisnis jutaan dolar dll bukan tujuan
utama dari Stoisisme. Hal utama yang ingin dicapai oleh Stoisisme adalah:
1. Hidup bebas dari emosi negatif
(marah, overthinking, curigaan, ngamukan dll) dan mendapatkan hidup yang
tentram. Dimana kehidupan yang tentram ini menurut Stoisisme hanya dapat
diperoleh dengan dengan memfokuskan diri pada hal-hal yang bisa kita
kendalikan.
2. Hidup mengasah kebajikan (Virtues). Ada empat kebajikan utama menurut
Stoisisme yaitu
a. Kebijaksanaan (wisdom)
Kemampuan
mengambil keputusan terbaik dalam siatuasi apapun
b. Keadilan (Justice)
Memperlakukan orang lain
dengan adil dan jujur
c. Keberanian (Courage)
Keberanian yang
benar dengan berpegang pada prinsip yang benar
d. Menahan diri
(temperance)
Disiplin, kesederhanaan, kepantasan, dan
kontrol diri (atas nafsu dan emosi)
Bahasanya Ringan
Henry Manampiring mengemas
ajaran-ajaran filsafat Stoisisme dalam Filosofi Teras dengan bahasa yang sangat ringan dan santai. Dia
juga sangat pintar menghubungkannya dengan kondisi kekinian, sehingga lebih mudah
untuk dimengerti dan difahami. (Pantes buku ini jadi mega best seller)
Menikmati Filosofi Teras ini walaupun
genrenya non fiksi rasanya jauh lebih
ringan dan menyenangkan deh, dibandingkan dengan membaca novel Dunia Shopie
hahaha. Tetapi walaupun penulisnya telah men DISCLAIMER dari awal, bahwa
bukunya ini tidak bisa dijadikan sebagai bahan rujukan untuk kajian ilmiah yang membahas filsafat
dengan sangat sangat sangat serius dan mendalam karena dia bukan doktor atau
ahli dibidang filsafat.
Buku ini menurutku dapat
menjabarkan prinsip-prinsip Stoisisme dengan baik seperti misalnya bagaimana
kita harus hidup selaras dengan alam. Juga ketika menerangkan Dikotomi Kendali yang menurutku menjadi ciri khas Stoisisme. Dijamin
lebih mudeng deh karena disertai dengan contoh-contoh kekinian yang relate
banget dengan apa yang kita alami sehari-hari.
Jadi buku ini sangat bisa dinikmati
oleh orang awam (seperti aku) dibidang filsafat, yang ingin menerapkan Stoisisme
dalam kehidupan sehari-hari agar lebih bahagia, lebih tenang dan lebih
berwarna. Buku ini juga friendly
buat orang yang malas membaca uraian yang panjang-panjang karena pada setiap
akhir bab selalu ada kesimpulannya.
Filosofi Teras juga lebih gurih
dan berisi karena dilengkapi dengan hasil wawancara penulis dengan para ahli
atau orang-orang yang telah menjalankan prinsip Stoisisme dalam kehidupannya.
Misalnya pada pada halaman 168 penulis mewawancarai Cania Citta Irlaine.
Dari hasil wawancara tersebut editor cantik Geolive dan Geotimes tersebut, membagikan pengalamannya menerapkan prinsip Stoisisme. Bagaimana caranya dia bereaksi dengan inner calm dan mengeluarkan ekspresi tenang tidak perlu dengan marah-marah dan lebih fokus pada mencari solusi.
Selain itu ia juga memesankan kepada
anak muda agar mempunyai lebih banyak inspirasi dengan memperbanyak bacaan atau
filosofi sehingga tidak kebingungan dalam menentukan what kind of person I want to be. What
kind of my self that I aspire to be
Pesan Penulis
Wahai pembaca budiman apabila
kalian telah membaca buku ini dan merasa ajarannya keren. Prinsip-prinsipnya
dapat mengubah cara hidupmu menjadi lebih bahagia dan lebih siap menghadapi
berbagai gelombang kehidupan (lebay) sebaiknya setelah selesai dibaca
dipraktekin ye…..
Nah, iya yg susah itu mempraktekkan nya ya
ReplyDeleteBacanya dibilang mudah, tapi berhasil kita tangkap gak semua ilmunya, itu yg susah. Hehe...
Bagus bukunya ni. Sedikit banyak saya tangkap kita diajarkan untuk bisa memanajemen emosi ya
Buku ini memang bagus dan pantas masuk jejeran buku "best seller" di toko buku. Ada kutipan yang aku suka dan selalu aku "bawa ke mana-mana", bahwa kita nggak bisa kontrol orang lain, tapi kita bisa kontrol bagaimana respon kita terhadap orang tersebut. Mantaaap!
ReplyDeleteSudah ada buku ini di rumah, tapi saya belum sempat membacanya. Kata anak saya, iya isinya bagus. Siap-siap sempatin baca 😊
ReplyDeleteAdik saya pernah menceritakan garis besar buku ini. Bahwa katanya kita harus fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan sehingga bisa terhindar dari energi negatif. By the way, saya sedang baca Dunia Shopie, tetapi belum tamat-tamat. Hha.
ReplyDeletePenting banget buat orang tua dalam mengelola emosi nih
ReplyDeletesaya suka sekali dengan buku-buku bertema filosofi seperti ini Mba, penasaran juga pengen baca jadinya, mengingat reviewnya dari Mba sepertinya syarat dengan makna kehidupan
ReplyDeletePas bacanya manggut-manggut, praktek nih ke anak. Duh nggak semudah pas baca mbak. Syuuulit
ReplyDeleteMengendalikan diri memang bukan hal yang mudah. Hal yang harus dipelajari dan dilakukan sejak dini. Namun jika di pertengahan usia baru bisa belajar, tentunya masih bisa juga yaa... Dengan membaca buku ini, bisa jadi panduan dalam menghadapi banyak hal2 buruk di dalam hidup jadi lebih kalem.
ReplyDeleteLagi dipose belajar menahan diri, dan barus bisa menerima keadaan. Memang sulit sich, cuma aku yakin pasti ini semua akan memberikan buah yang baik
ReplyDeletesaya suka karena bukunya punya alur dan ada hasil analisis ilmiahnya, jadi gak cuman katanya...tapi bener yang dikatakan Henry Manampiring bahwa lakukan apa yang bisa kita kontrol
ReplyDeleteAkhirnya saya jadi tertarik baca buku ini, Kak. Siap saya masukin daftar baca berikutnya. Soalnya memang lebih suka baca buku yang to the point.
ReplyDeleteSudah lama mau baca buku filosofi teras ini tapi masih di rak buku saja. Memang harus menguatkan niat untuk segera membacanya karena saya tertarik dengan konsep stoik-nya
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteHidup bebas dari emosi negatif memang seharusnya kita miliki ya mbak. Namun kadang ada saja kendala yang kita hadapi, hingga akhirnya harus overthinking lah dan sebagainya. Memang buku Filosofi teras layak untuk dibaca
ReplyDelete