PULANG…..
Teman-teman apa sih yang terbayang ketika membaca atau
mendengar kata “PULANG”? cinta? Kasih
sayang? Kehangatan? Keluarga? Kerinduan? Pelukan? Kedamaian? Atau ibu?
Menurutku setidaknya rasa itu lah yang tergambar ketika
mendengar kata pulang. Mungkin karena itulah sehingga Pulang ini dengan segala
pemaknaan dan kisah dibaliknya sangat menarik untuk diangkat menjadi sebuah
novel.
Setidaknya ada tiga penulis Indonesia yang menulis novel
dengan judul Pulang Ketika saya iseng memasukan kata kunci novel Pulang.
Siapa sajakah?
1. Leila S Chudori
Novel Pulang karya Leila s Chudori pertama kali diterbitkan
pada Desember 2012 dan pada Februari tahun 2022 karya tercatat sudah dicetak
sebanyak 19 kali. Juga telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa yaitu
Inggris (Home), Prancis (Retour), Jerman (Pulang, Heimkehr nach Jakarta dan
Italia (Ritorno a Casa).
Novel ini bercerita tentang kerinduan para exil politik yang
dituduh terlibat dalam gerakan PKI sehingga harus hidup terlunta-lunta di
negeri orang selama bertahun-tahun.Tetapi bagaimanapun kerasnya rezim politik
yang berkuasa memperlukan mereka, tidak mampu menghapuskan rasa cinta dan
kerinduan terhadap tanah airnya.
Dalam hati terdalam mereka tetap tersimpan keinginan, suatu
hari dapat mencium kembali harumnya aroma tanah kelahiran. Bagi Dimas Suryo, lebih
suka jasadnya kelak disemayamkan di Tanah Kusir daripada di Prancis, negara
yang telah mempertemukan ia dengan seorang perempuan yang menjadi ibu bagi
anaknya terkasih.
Membaca novel yang berbalut peristiwa politik yang terjadi di
Paris pada Mei 1968 hingga gerakan reformasi yang terjadi di Jakarta pada tahun
1998. Serta manis, pahit dan getirnya cinta dua generasi pasangan Surti Dimas Suryo dan Lintang dengan Alam ini.
Seperti bukan membaca sebuah kisah fiksi tetapi pembaca seolah-olah sedang
berada dalam situasi yang digambarkan dalam novel tersebut atau kalau dalam
film disebut dengan tekhnik seamless realism.
2. Tere Liye
Novel Tere Liye yang berjudul Pulang merupakan buku pertama
dari serial Pulang, Pergi dan Pulang-Pergi.
Pertama kali diterbitkan pada tahun 2018, berkisah tentang seorang anak
berumur 15 tahun yang bernama Bujang.
Karena kendala ekonomi, anak tunggal kesayangan Midah,ibunya,
ini tidak dapat bersekolah. Beruntung Tauke Muda, teman ayahnya, tertarik
kepada Bujang karena kepiawaiannya berburu Babi. Tauke muda pun membawa Bujang
ke Kota.
Disana Bujang tidak hanya sekolah dan belajar ilmu akademik,
tetapi ia pun mendapat guru beladiri terbaik sehingga anak itu tumbuh menjadi tukang
pukul terbaik keluarga Thong (salah satu keluarga pengusaha shadow economy).
Ketika mendengar kabar ibunya menghilang, Bujang ingin pulang ke kampung
halamannya untuk memastikan nasib Midah.
Dalam novel ini, Tere Liye dengan sangat mengesankan menggabungkan
cerita aksi dengan kisah religius yang sangat menyentuh. Sehingga harus
siap-siap berbekal tisyu untuk membaca novel setebal 400 halaman ini.
3. Toha Muhtar
Dibandingkan dengan novel Pulang Karya Leila S. Chodori dan
Tere Liye, karya Toha Muhtar bisa dikatakan novel yang berjudul Pulang paling
legend. Karena pertama kali diterbitkan pada tahun 1958 (saya masih dimana ya?)
Novel yang berlatar tempat di Surabaya ini berkisah tentang
seorang Pemuda bernama Tamin yang memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya,setelah
menjadi Heiho selama tujuh tahun. Ketika tiba di kampung halamannya yang
terletak disekitar Gunung Wilis, pemuda yang kini bersosok tinggi, tegap dan
berkulit hitam ini merasa tidak percaya melihat keadaannya yang tidak banyak
mengalami perubahan.
Disana ia mendengar kisah sahabatnya yang bernama Pardan
Gamik yang begitu heroik saat melawan penjajah. Ketika ia diminta untuk
menceritakan pengalamannya ketika menjadi Heiho oleh penduduk desa. Ia merasa
tidak layak kisahnya jika disandingkan dengan kedua sahabatnya. Agar tidak
mengecewakan terpaksa ia harus membuat cerita bohong dan terus berbohong untuk
menutupi kebohongannya yang lain.
Hal itu membuat dirinya sangat resah karena takut
kebohongannya terbongkar. Sehingga ia memutuskan untuk meninggalkan kampung
halamannya sekali lagi. Ketika empat bulan berada di perantauan, ia bertemu
dengan tetangga di kampung halamannya yang bernama Pak Banji. Ia telah berburuk
sangka bahjwa kebohongannya telah diketahui oleh warga, ternyata Pak Banji hanya
ingin menyampaikan bahwa ayahnya telah meninggal dunia.
Taminpun sangat menyesal, ia bergegas kembali ke kampung
halamannya. Ketika menginjakan kakinya pemuda itu langsung berziarah kemakam
bapaknya sambil mencium batu nisan Tamin merasakan rasa penyesalannya sangat
mendalam telah meninggalkan keluarganya.
Novel Pulang Mana yang Sudah di Baca?
Jujurly saya sendiri baru membaca novel Pulang karya Leila
S. Chudori, novel ini sekalian dibeli karena
saat itu saya lagi semangat-semangatnya nyari novel Laut Bercerita untuk
mengikuti lomba membuat resensinya yang diadakan oleh sebuah komunitas menulis.
Sedangkan serial Pulang karya Tere Liye malah sudah membaca
yang berjudul Pergi, yang dibeli oleh anakku. Kalau Pulang Karya Toha Muhtar asli
baru tahu pas searching di Google itu, baca-baca resensinya jadi penasaran
ingin nyari, kira-kira masih ada enggak ya?
No comments:
Post a Comment
Komentar anda merupakan sebuah kehormatan untuk penulis.