Birruh biddam nafdika ya aqsa
Dengan semangat jiwa (kami), dengan
darah kami, kami akan menebusmu (menjagamu), wahai Al-Aqsa
From
River To The Sea Palestina Will Be Free
Ud Ya Shalahaddin,
Ayna Anta Ya Amirul Mu’minin
Kembalilah Wahai
Shalahuddin, Dimanakah Gerangan Dirimu Berada, Wahai Amirul Mu’minin
Air mata ini akan luruh begitu saja ketika melihat
tayangan-tayangan yang menggambarkan penderitaan rakyat Palestina yang begitu
rupa saat ini. Anak-anak yang ditemukan tanpa kepala dan dibakar-hidup-hidup,
ibu-ibu melalui masa kehamilan sampai melahirkan tanpa perawatan medis yang
memadai, anak-anak yang kelaparan, pelecehan dan pemerkosaan yang terus
berlangsung.
Astaghfirullah benar-benar tragedi kemanusiaan yang demikian kejam
dan dahsyat.
Suatu hari anakku pernah bertanya apa yang menyebabkan
terjadinya konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel?
Sadar diri tidak mempunyai ilmu yang memadai, saya menyarankan
kepada anakku untuk membaca buku-buku ini agar dia mendapat pemahaman yang
komprehensif.
1. Buku Emas Baitul Maqdis
Buku Emas Baitul Maqdis merupakan kumpulan makalah-makalah
pilihan menuju pembebasan Tanah Suci, Tanah Para Nabi, yang merupakan hasil riset
Prof Abd al- Fattah el- Awwaisi bersama rekan-rekannya di Institut Al- Aqsa untuk
Riset dan Perdamaian (ISRA) selama 30 tahun.
Buku ini terdiri dari tiga volume. Volume 1 terdiri dari 9
makalah yang diawali dengan pengenalan Proyek Studi tentang Baitul Maqdis.
Sama dengan volume 1, volume 2 juga berisi 9 makalah.
Sedangkan volume 3 terdiri dari 8 makalah.
2. On Palestine
On Palestine karya Noam
Chomsky dan Iian Pappe diterbitkan pertama kali pada tahun 2015 oleh Haymarket
Books, Chicago. Dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada
tahun 2024.
On Palestine merupakan sebuah
respons atas perang Gaza yang terjadi pada tahun 2014 yang menewaskan ribuan
rakyat Palestina. Selain itu peristiwa ini juga membuka jalan bagi Israel untuk terus
melakukan perampasan tanah.
Kedua tokoh Yahudi yang terkemuka dalam perjuangan Palestina
ini, mendiskusikan gagasan masa depan yang adil bagi rakyat Palestina. Selain
itu mereka juga membedah simpul gerakan yang telah dilakukan oleh komunitas internasional,
diantaranya gerakan BDS (Boycott, Divestment, Sanction). Untuk menekan Israel
agar menghentikan pelanggaran hak asasi manusia terhadap rakyat Palestina.
3. A Diary Of Genocide
Palestina kembali membara, ratusan hari genosida tengah
berlangsung di tanah para nabi yang merenggut ribuan jiwa. Peristiwa ini memicu
berbagai aksi yang menuntut kebebasan Palestiana.
Slogan-slogan pembebasan Palestina bergema dimana-mana. Pada
saat Israel melarang bendera Palestina untuk dikibarkan di jalur Gaza,
sebaliknya bendera itu berkibar hampir disemua negara di seluruh dunia.
Peristiwa yang mulai terjadi pada tanggal 7 Oktober itu begitu
menyedot perhatian dunia.
Atef Abu Saif Menteri Kebudayaan Palestina dalam buku A Diary
of Genocide ini, membagikan cerita hidupnya selama 85 hari yaitu dari tanggal 7 Oktober
2023 sampai 30 Desember 2023.
Dalam testimoninya Windy Ariestanty yang merupakan editor
& penggagas Patjar Merah mengatakan
Membaca catatan hari perhari ini, saya seperti tengah mengintip dari sebuah lubang di tembok. Bagaimana hari demi hari dilalui oleh mereka yang hidup di Gaza, Palestina – bukan sejak 7 Oktober 2023 melainkan sejak 1948.
Setiap selesai membaca catatan untuk satu hari, saya dihantui pertanyaan :besok apa yang akan dialami? Apa yang bisa kita lakukan? Membaca buku ini adalah sebuah kontribusi kecil untuk kita memahami apa yang terjadi dan mengambil peran menjadi “suara” yang menggulirkan narasi kebenaran dari sungai sampai laut, sampai Palestina bebas merdeka .
No comments:
Post a Comment
Komentar anda merupakan sebuah kehormatan untuk penulis.