Ada miliaran kehidupan
Dan yang kita punya cuma
satu.
Dengan kisah,
Kita bisa hayati miliaran
kehidupan itu;
Kehidupan yang tak terjamah
Yang tak pernah
terbayangkan sebelumnya.
Selamat menikmati kehidupan
dikisah ini.
Semoga yang baik bisa jadi
hidupmu
Dan yang buruk tetap jadi
kisah
Judul Buku : Detail Kecil |
Penulis : Adania Shibil | Penerjemah : Zulfah Nur Alimah | Penerbit : PT.
Bentang Pusataka | Tahun Terbit : 2024, Cetakan Pertama September | Jumlah
Halaman : 118 Halaman | ISBN : 9786231864314 |
Gurun Negev
Nyaris tidak ada
satu makhluk pun yang bergerak, hanya suara lolongan anjing dan kesiur angin
yang menyambut kedatangan satu pasukan tentara pada tanggal 9 Agustus 1949 di
tengah bentangan pasir kekuningan Gurun Negev.
Dalam rapat
komando yang diadakan pada sore hari setelah mereka selesai membangun kamp. komandan
pasukan menjelaskan tugas mereka berada di tempat itu adalah untuk menjaga
garis demarkasi dengan Mesir pada bagian Selatan dan mencegah datangnya para
penyusup.
Selain itu, mereka
pun ditugaskan untuk menyisir bagian barat daya Negev untuk memastikan tidak
ada orang Arab yang tersisa. Karena berdasarkan informasi dari AU disinyalir
ada pergerakan-pergerakan orang Arab dan beberapa penyusup yang memasuki wilayah tersebut.
Oleh karena itu,
para tentara diwajibkan untuk berpatroli dua kali yaitu pada pagi dan sore hari
untuk menjelajahi dan mengenal Negev dari dekat. Mereka juga akan berlatih
setiap hari dan menyelenggarakan manuver militer bersama sejumlah prajurit dari
kamp lain agar dapat segera beradaptasi dengan medan perang gurun.
Dalam rapat itu komandan
pasukan juga menekankan kepada anak
buahnya, terutama yang baru saja bergabung kedalam peleton. Untuk senantiasa
menegakan prosedur yang harus dijalani oleh setiap prajurit dan memastikan
mereka mendapatkan seragam dan persenjataan. Ia juga tidak lupa mengingatkan
agar setiap tentara senantiasa menjaga kebersihan badan dan bercukur wajah
setiap hari.
Benarkah Ada Penyusup?
Setelah beberapa
hari melakukan patroli bersama prajuritnya pada pagi dan sore hari, menjelajahi
dan mengakrabi setiap bukit berwarna kuning pucat yang dipisahkan oleh setiap
cekungan dan kelokan Gurun Negev. Ia mulai sangsi akan ada penyusup yang nekad
memasuki daerah yang sesunyi itu.
Namun pada pagi
hari tanggal 12 Agustus 1949, ia bersama ketiga prajuritnya tidak seperti
biasanya pergi berpatroli tanpa mempelajari peta terlebih dahulu. Komandan itu
hanya berkata “Ke bukit itu” sambil menunjukan tangannya pada sebuah bukit digaris
cakrawala yang tampak seperti lukisan. Perintah singkat dari sang komandan segera
dilaksanakan dengan patuh oleh tentara yang berada di belakang kemudi.
Tentara itu dengan
sigap menekan pedal gas dan roda kendaraan pun berputar mengganyang pasir yang
kemudian beterbangan menciptakan gelombang pasir yang panjang di belakang
mereka. Seperti pada hari-hari
sebelumnya bukit itu suwung, tidak ada satupun hewan apalagi manusia yang
bergerak.
Pada hari itu
mereka berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dan pada akhirnya
berhenti pada sebuah bukit yang keadaannya tidak jauh berbeda dengan tempat
sebelumnya. Komandan pasukan itu pun menyuruh anak buahnya untuk menghentikan
kendaraan. Kemudian ia memejamkan mata sambil menarik napas panjang.
Ketika kembali
membuka matanya, bukit yang ia tunjuk untuk pertamakali terhalang titik-titik
hitam yang kembali berlompatan di matanya
seperti serangga. Ia kembali
mengangkat tangan memberikan tanda pada anak buahnya untuk menyalakan mesin
mobil.
Tetapi sebelum
perintah itu dilaksanakan, tiba-tiba suara gonggongan anjing merobek kesunyian
dari balik jajaran pohon zuriyat, badam dan pohon tebu yang tumbuh disekitar
mata air dangkal. Sigap ia melompat dan berlari menapaki jalanan landai.
Sesampainya di bawah ia mendapati sekelompok orang arab yang tengah berdiri
mematung.
Mata mereka
bertaut, tidak lama kemudian terdengar suara letusan menghapus kehidupan
manusia tersesat dan hanya menyisakan isak tangis seorang gadis dan gonggongan
anjing yang menemani mereka kembali ke kamp. Setelah menyisir tempat itu dan
memastikan tidak ada senjata yang tersembunyi.
Suasana kamp
militer pada malam itu begitu meriah, seluruh tentara mengelilingi meja yang
dipenuhi berbagai makanan serta minuman lezat meskipun jumlahnya terbatas.
Komandan pasukan berdiri tegak, walaupun luka dipahanya akibat gigitan serangga
padang pasir perlahan mulai membusuk yang menguarkan rasa nyeri pada seluruh
tubuhnya.
Suaranyag
tegas memompa semangat anak buahnya
mengingatkan kembali bahwa keberadaan mereka di tempat itu untuk menangkap
serta mengusir para penyusup adalah kewajiban mereka. Memastikan tempat itu
aman dan berkembang sehingga layak ditempati oleh ribuan masyarakat yang kini
berada dalam pengasingan. Yang mereka lakukan lebih dari sekedar operasi
militer tetapi tugas negara.
Pidato malam itu
ditutup dengan sebuah ungkapan yang tertulis pada dinding gubuk yang setengah
roboh ‘Manusia, bukan tank, yang ‘kan menang’”.
Betewe
bagaimana nasib gadis arab badui yang di bawa ke kamp?
Mungkin sebagian orang
mengira
Ketekunanku dalam bekerja
Menggambarkan keinginanku
dalam Bertahan atau mencintai hidup
Sekeras apapun upaya
penjajah menghancurkannya
Atau menggambarkan
keyakinanku
Bahwa ada sesuatu yang
pantas diperjuangkan dalam hidup ini.
Ramallah 24 tahun kemudian
Dia adalah gadis
Palestina yang tidak mempunyai kemampuan untuk membedakan batas-batas logis, sehingga
menjadikannya tidak pernah pas dalam menilai sesuatu, dibandingkan dengan
kebanyakan orang.
Hidup di Palestina
yang selama puluhan tahun mengalami penjajahan. Bunyi sirene patroli militer,
suara tembakan, deru suara helikopter dan pesawat tempur telah menjadi
keseharian. Menggema dan memenuhi udara.
Hal itu membuat
orang-orang tidak mampu lagi mengingat detail-detail kecil yang berkaitan
dengan hidup mereka, pada saat penjajah belum datang merebut tanah-tanah
mereka. Lain halnya dengan gadis ini, ia sangat tertarik dengan detail-detail
kecil.
Misalnya saat ia
membaca sebuah artikel yang dimuat dalam sebuah surat kabar. Ia sangat tertarik
pada sebuah kasus pembunuhan seorang gadis arab badui yang diawali dengan pemerkosaan.
Ia bukan tertarik
dengan kasus utamanya, bagi masyarakat yang hidup dalam perang, hal tersebut
bisa terjadi kapan saja. Justru ia tertarik pada kasus itu, karena tanggalnya
sama persis dengan hari ulang tahunnya yang terjadi seperempat abad silam.
Sehingga ia rela
meninggalkan wilayahnya dengan meminjam tanda pengenal dari temannya dan
menyewa sebuah kendaraan mungil berwarna putih dari perusahaan rental mobil
Palestina atas nama teman laki-lakinya. Demi menelusuri kisah pembunuhan gadis arab
badui tersebut.
Dapatkah ia mengorek
informasi tersembunyi, demi mengungkap fakta yang terjadi dari sebuah peristiwa
pembunuhan di Gurun Negev yang terjadi 25 tahun silam itu?
Detail Kecil karya
penulis kelahiran Palestina 50 tahun silam ini, ceritanya menurutku sangat unik
dan tidak biasa. Walaupun hanya dua bab, dijamin deh tidak akan bisa
menyimpulkan pesan yang disampaikan oleh penulis.
Ketika sampai pada
penghujung halaman buku setebal kurang dari 200 halaman ini, membuatku
merenung. Dan dapat membayangkan bagaimana menderitanya hidup di tanah jajahan
terutama bagi seorang perempun.
Buku yang
diterjemahkan dari buku bahasa Arab, berjudul Tafshil Tsanawi terbitan Dar Al
Adab pada tahun 2017 ini. Memberikan gambaran kepada pembaca mengenai hal-hal
kecil yang terjadi di Palestina yang jauh dari sorotan kamera.
Misalnya betapa
desa-desa Palestina jumlahnya semakin berkurang setiap harinya, mobilitas
mereka yang sangat terbatas dan jika ingin meninggalkan daerahnya mereka harus melewati
pos-pos pemeriksaan militer yang menegangkan.
Tidak hanya itu
saja, buku Detail Kecil juga mampu menggambarkan bagaimana kehidupan di kamp
tentara, binatang-binatang kecil gurun yang sangat berbahaya, perbedaan jumlah
debit air antara warga Palestina dan Israel dan masih banyak lagi yang membuatku
terpana.
Tidak heran sih
buku ini mampu menyabet International EXCELENCE Award 2019.
Waduh jangan jangan kejadian 25 tahun itu pengalaman dirinya sendiri ya?
ReplyDeleteUnik bener emang ini ceritanya. Bikin penasaran saya juga ingin membacanya langsung
200 halaman hanya dua bab saja tapi mampu menyabet International EXCELENCE Award 2019..wah tentu Detail Kecil ini luar biasa
ReplyDeleteMasyaallah. Menarik banget. Jadi pengen baca. Beneran unik sejak awal baca artikel ini. Terima kasih referensinya.
ReplyDeleteAku langsung penasaran sama bukunya mbak. Dari kilasannya aja bikin aku mau baca lanjutannya pantes dapet International EXCELENCE Award 2019.
ReplyDeleteJadi penasaran sama yang naskah aslinyaa, kek gimana ya bahasa arabnya, pake bahasa arab palestina non formal yang atau bahasa arab yang biasa kita denger pas sekolah, seru keknya yah
ReplyDeleteSelalu tertarik dengan cerita yang tidak biasa apalagi buku ini dapet award internasional jadi tertarik juga untuk membacanya..cek di si oren deh siapa tau ada yaaa
ReplyDeleteMenarik sekali bukunya. Penasaran untuk baca cerita lengkapnya. Detail Kecil dengan segala gambaran kehidupan yang terjadi di Palestina. Entah kenapa rasanya pasti campur aduk, pilu, kesal, marah, dan sedih jika membaca kisah-kisah di sana.
ReplyDeleteWah jadi penasaran aku mbak dengan cerita nya sampai dapat award juga keren
ReplyDeleteJustru dari novel ini sebenarnya kita bisa lebih jauh menyelami hal-hal kecil yang terjadi di Palestina yang jauh dari sorotan kamera. Pasti sangat berat hidup di tanah jajahan, apalagi buat perempuan. Jadi makin penasaran pengen baca langsung.
ReplyDeleteWalau hanya 200 halaman hanya dua bab saja tapi mampu menyabet International EXCELENCE Award 2019.. Keren sekali buku Detail Kecil ini
ReplyDeleteMembacanya serasa ikut terluka.
ReplyDeleteKarena perjuangan saudara-saudari kita di Palestina sudah dari dulu dan bener-bener menyesakkan dada. Bagaimana mereka ditindas, namun tetap percaya akan takdir Allah.
aku sakit banget bacanya,... pas bagian akhir makin tersayat deh. YA Allah semoga saudara2 kita yanga da di Palestina segra mendapatkan kemerdekaannya. Mbak kuat ya baca buku merinding ini. AKu baca ulasan mbak aja rasane wes bediding.. sedih sakit geram
ReplyDeleteSaya kok jadi ngeri yaa.. membayangkan bagaimana nasib gadis Arab badui yang waktu itu ditemukan oleh sekelompok tentara itu. Mereka siapa sih tentara itu? Apakah dari pihak penjajah yang berusaha menguasai Palestina?
ReplyDeletekeren ya bukunya bisa mendapatkan penghargaan International EXCELENCE Award 2019, jadi penasaran sama isi bukunya, pasti bagus banget sampai mendapatkan penghargaan seperti ini
ReplyDeleteWah novel berlatar Palestina di tulis oleh penulis Palestina pastinya tidak diragukan lagi kualitasnya. Apalagi sudah diakui secara international. Jadi penasaran pengen baca langsung.
ReplyDelete