Alhamdulillah
jilid ketiga dari trilogi Untuk Negeriku sebuah otobiografi Mohammad Hatta yang
berjudul Menuju Gerbang Kemerdekaan, menjadi buku kelima yang kubaca di bulan
Oktober ini. Jujurly buku ini bukan pilihan saya, tetapi pilihan suami.
Waktu itu, saya lagi sering menyimak podcast
orang-orang terkenal yang mendatangkan narasumber-narasumber yang tidak kalah
terkenal dan keren juga. Nah para narasumber itu banyak yang mengaku, mereka itu
mengidolakan sosok yang dikenal sebagai Bapak Proklamator Indonesia yaitu Bung
Hatta.
Apalagi saat itu
sempat viral, ada unggahan yang menyedot
perhatian luar biasa dari para netizen. Ketika ada salah satu pesohor negeri
ini berbicara kepada lukisan Bung Hatta. (Tahu kan siapa?)
Nah saya tuh jadi
penasaran, seperti apa sih sosok Bung Hatta itu sebenarnya? Bagaimana sih pemikirannya?
Saya kan udah lama meninggalkan bangku sekolah dan faktor U juga. Jadi sudah
banyak lupa tentang pelajaran di sekolah dulu.
Kebetulan bulan
Oktober adalah bulan ulang tahun pernikahan kami, saya pikir kesempatan nih
buat request hadiah pernikahannya
buku Bung Hatta. (receh banget ya, orang mah minta hadiah itu berlian,
mobil, atau tas mehong).
Kenapa buku?
Karena dalam keluarga kami, sengaja dihidupkan tradisi untuk memberi hadiah
buku pada hari-hari bahagia. Dan pada suatu pagi, dua minggu sebelum tanggal our
wedding anniversary sebuah paket berisi delapan buku. Tujuh diantaranya
membahas tentang Bung Hatta tiba di rumah dengan selamat.
Terimakasih Pak
Suami….
Judul
Buku : Menuju Gerbang Kemerdekaan | Penulis : Mohammad Hatta | Penerbit : PT.
Kompas Media Nusantara | Tahun Terbit : 2022, Cetakan kesepuluh |Jumlah Halaman
: viii + 230 halaman | ISBN : 9786024124229
Tidak Ada yang Abadi di Dunia
Itulah keyakinan
Bung Hatta ketika memutuskan untuk menjadi
golongan naturalis saat menjalani pembuangan di Boven Digul, dengan konsekuensi
tidak akan pernah dipulangkan kembali ke daerah asal. Keyakinan itu, benar
adanya. Status Bung Hatta sebagai orang buangan, berakhir begitu saja ketika
Jepang dapat mengalahkan sekutu dalam peperangan di Asia Pasifik.
Setelah selesai
menjalani masa pembuangannya, Bung Hatta menerima penawaran untuk bekerjasama
dengan Pemerintah Militer Jepang setelah memastikan bahwa kehadiran Jepang di
Indonesia bukan untuk menjajah tetapi untuk membantu memerdekakan Indonesia dari
penjajahan.
Walaupun mau
bekerjasama dengan Pemerintah Militer Jepang, Bung Hatta tidak mau menjadi
pegawai pemerintah. Beliau lebih memilih menjadi penasihat yang bebas
memberikan nasihat kepada Pemerintah Militer berdasarkan tanggung jawabnya
sendiri dan tidak berada dibawah perintah salah satu pembesar Jepang.
Kedudukannya
sebagai penasihat memungkinkan Bung Hatta untuk menampung teman-teman untuk
bekerja di kantornya. Selain itu ia juga bisa menolong temannya seperti Mr.
Amir Sjarifuddin yang pada saat itu sedang dikejar-kejar Kempetai dan mungkin
akan dibunuh karena dianggap sebagai agen Belanda yang ditinggalkan untuk
menghasut rakyat Indonesia terhadap Jepang.
Mr. Amir
Sjarifuddin pun dapat diselamatkan, setelah Bung Hatta berhasil meyakinkan Tuan
Miyoshi bahwa Mr. Amir Sjarifuddin adalah seorang intelek yang cerdas dan
pemimpin pergerakan rakyat.
Kegelisahan Kaum Muda
Ketika tersiar
kabar bahwa Jepang telah dikalahkan oleh Sekutu, para pemuda mendesak Sukarno
dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia atas nama rakyat
Indonesia. Bukan dilakukan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) karena
akan dicap oleh sekutu bahwa Indonesia adalah buatan Jepang.
Tetapi Baik Bung Hatta
maupun Bung Karno menolak keinginan para pemuda dengan alasan bahwa mereka
tidak dapat bertindak sendiri. Karena hal tersebut akan menjadi janggal dimata
orang-orang ketika PPKI telah membukakan jalan untuk kemerdekaan Indonesia.
Tetapi mereka malah memproklamirkan kemerdekaan sendiri padahal Sukarno adalah
ketuanya.
Ketika kedua belah
pihak tidak menemukan titik temu, maka ketegangan tidak dapat dihindari. Wikana
mengatakan “Apabila Bung karno tidak mau mengucapkan pengumuman kemerdekaan
itu pada malam ini juga, besok pagi akan terjadi pembunuhan dan pertumpahan
darah”
Ancaman tersebut
memantik emosi Bung Karno, sambil menunjuk lehernya dia berkata “Ini leherku,
seretlah aku ke pojok sana dan sudahilah nyawaku malam ini juga, jangan
menunggu sampai besok.”
Kaum muda tidak
menyerah, keukeuh mereka ingin segera Indonesia cepet diproklamasikan atas nama
rakyat. Merekapun menculik kedua proklamator ini ke Rengasdengklok.
Behind The Scene Sejarah Indonesia
Membaca trilogi
otobiografi Mohammad Hatta ini seperti menyaksikan hal-hal yang terjadi di belakang
layar panggung Sejarah Indonesia langsung dari pelaku sejarahnya.
Misalnya kalau
dalam buku sejarah kayaknya tidak mungkin deh diungkap bahwa Bung Hatta pernah
diompolin Guntur, anak sulung Bung Karno, saat diculik oleh pemuda ke
Rengasdengklok hahahaha.
Betewe teman-teman,
Bung Hatta ini pernah menyamar lho sebagai co-pilot saat akan pergi ke
India untuk menemui Jawarahlah Nehru. Pada saat itu, Indonesia akan meminta
bantuan senjata kepada India karena ada tanda-tanda Pemerintah Belanda akan
menyerang daerah Republik Indonesia.
Namun sayang India
tidak bisa mengabulkannya karena persenjataan masih di tangan Inggris. India
hanya bisa memberikan bantuan diplomatis dengan mengadakan resolusi dan protes
kepada PBB supaya tindakan Belanda yang ingin menjajah Indonesia kembali pasca
proklamasi Indonesia di hukum.
Saat kunjungan ke
India itu, Bung Hatta tidak hanya bertemu dengan Nehru. Putera Minang ini juga
bertemu dengan tokoh pejuang India yang sangat terkenal dengan gerakan
perlawanan tanpa menggunakan kekerasannya.
Ada yang tahu? Yes Mahatma Gandhi.
Pada saat
pertemuan itu Gandhi mengatakan “Aku tidak percaya, bahwa Indonesia dapat
dijajahnya kembali. Seluruh dunia sudah menentang kolonialisme dan Belanda mau kembali
menjadi kolonisator. Aku tahu sahabatku dahulu menentang penjajahan belanda
dengan non-cooperation, seperti kami dahulu menentang penjajahan Inggris dengan
aksi non-cooperation sampai akhirnya sesudah Perang Dunia II Inggris berputar
haluan dan mengakui India sebagai dominion”.
Kemudian dia juga
berkata “Aku yakin bagaimanapun agresifnya Belanda, Indonesia akan menang”.
Walaupun India
tidak dapat memberikan bantuan persenjataan tetapi kunjungan Bung Hatta ke India
semakin menambah semangat untuk terus berjuang dan yakin Indonesia akan menang.
Mulai saat itulah semboyan “SEKALI MERDEKA, TETAP MERDEKA” senantiasa melekat
dalam jiwa pejuang.
Harus di Baca
Melayari halaman
demi halaman buku ini, saya seperti memanggil memory saat belajar mata
pelajaran Sejarah waktu sekolah dulu. Soalnya jadi ingat lagi tentang perjanjian Roem-Royyen, Konferensi
Meja Bundar (KMB), Perjanjian Linggar jati,berbagai peristiwa yang terjadi
seputar proklamasi dll. Soalnya buku ini juga menceritakan berbagai drama yang
dialami oleh Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden saat itu. Bagaimana beliau berjuang
agar Indonesia yang baru seumur jagung tetap tegak berdiri mempertahankan eksistensinya.
Aku merekomendasikan
buku ini harus banget dibaca terutama oleh anak-anak gen- z biar tahu sejarah
bangsanya. Masa depan Indonesia ada ditangan kalian Mas bro.
Wah, keren banget prinsip Bung Hatta yang teguh meski lagi di situasi sulit seperti pembuangan. Bener sih, nggak ada yang abadi di dunia, termasuk masa-masa sulit yang akhirnya membawa beliau pada peran besar untuk Indonesia.
ReplyDeletePrinsip bapak negara yang keren banget. Baca buku ini jadi nambah jiwa semangat untuk berkontribusi ya mba. Untuk. Kemajuan negara
ReplyDeleteHari ini sepertinya kita semua, perlu belajar sejarah agar bisa meniru semangat para pejuang. Miris rasanya melihat orang orang lebih update info artis daripada sejarah bangsa sendiri.
ReplyDeleteSenang dapat wawasan baru terkait perjuangan beliau. Saya tuh daripada nonton film akhir September itu mending dari buku biografi seperti ini kalau mau tahu sejarah bangsa dan tokoh nya.
ReplyDeleteTerimakasih semua informasi ya
Umma bangga dengan bung Hatta yang memiliki banyak karakter teladan yang bisa kita contoh sebagai generasi bangsa
ReplyDeleteAku baru baca sejarah bung Hatta dari literatur dan jurnal aja, sepertinya buku ini harus segera dimiliki biar baca lebih lengkap biografi dari bung Hatta
ReplyDeleteMasya Allah, hadiah ultah pernikahannya satu set buku Bung Hatta, keren dan bedaaa ini
ReplyDeleteBerasa mengingat-ingat lagi pelajaran sejarah ya ini. Lengkap pula ada 8 buku tentang sososk Bung Hatta
Pengin juga baca sejarah yang berkaitan dengan Bung Hatta ini. Selama ini kan taunya yang menonjol hanya Bung Karno sebagai proklamator sekaligus presiden pertama RI. Padahal kisah2 istimewa dari Bung Hatta pun juga banyak dan memikat hati
ReplyDeleteKalau untuk bahasanya, gimana ka Oemy?
ReplyDeleteMudah dipahami anak genji kah?
Aku pingin banget mengahdiahkan anak pertamaku yang hobinya baca buku non-fiksi.
Biasanya masih baca buku-buku Why Series siih.. tapi kami cukup sering berdiskusi mengenai sejarah. Dan dia sangat antusias dengan pertanyaan-pertanyaan kritisnya.
Bener-bener mengupas hal-hal detil selama proses proklamasi yaa..
Kadang kalau memikirkan dari sisi Soekarno, aku juga bertanya kenapa ia masih meragu di waktu tersebut?
Dan alhamdulillahnya ada katalisator yang ngebet pengen merdeka.
MashaAllaa~
Dengan membaca buku Menuju Gerbang Kemerdekaan, kita sebagai generasi penerus bangsa harus menghargai dengan cara menjaga perdamaian bangsa ini.
wah banyak banget ya buku otobiografi bung hatta. benar-benar lengkap banget ini bukunya, mbak. dan memang penting sekali juga bagi anak-anak kita untuk mengenal bapak proklamasi lewat buku yang ditulisnya bukan dari narasi-narasi media gitu
ReplyDeleteSaya jarang banget baca buku autobigrafi. Pernah baca soe Hok Gie, bagus banget. Dan kini baca resensinya aoutobiografi pak Muhammad Hatta, keren banget cara berfikirnya.
ReplyDeleteanak saya duduk di bangku SMP, suka sejarah sejak SD.cuma dia malas baca buku, tp klu nonton sejarah dari video seperti youtube dia suka. gen z sepertinya harus direcoki sejarah dengan cara sesuai minat mereka. beda dengan kita dulu yg mmg harus ngafal dari buku bacaan
ReplyDelete