Saya bukan Wibu, yaitu
sebutan untuk orang yang sangat terobsesi dengan budaya Jepang. Termasuk
sejarah, anime, manga, bahasa, game maupun cosplay. Jadi
pengetahuan saya sangat terbatas tentang negara matahari terbit ini.
Hal-hal yang saya tahu, hanya
yang pernah diajarkan di sekolah. Seperti Jepang pernah menjajah Indonesia
selama 3,5 tahun, atau peristiwa pengeboman Hiroshima dan Nagasaki yang terjadi
pada tahun 1945. Dimana peristiwa tersebut tidak hanya membuat Jepang luluh
lantak, juga sekaligus mengakhiri perang dunia kedua. (Old school banget
kan?)
Kalau kulinernya yang saya
tahu cuma Sushi sama ramen (kalau tidak tahu, itu sih kebangetan ya).
Okh iya satu lagi, saya tahu Timnas sepak bola Jepang menjadi langganan masuk
Piala Dunia mewakili Asia.
Itu saja? Iya itu
saja…jangan diketawain dong.
Tapi entah mengapa saat
berkunjung ke toko buku beberapa waktu yang lalu. Tiba-tiba saya tertarik
dengan sebuah buku bersampul hitam, desainnya simpel tapi cantik banget. Buku itu
karya Ken Mogi, Ph.D yang berjudul The Book Of Ikigai.
Teman-teman tahu kan? Kalau
di toko buku, kita tidak diizinkan untuk membuka plastik segelnya. Jadi saya hanya bisa mengintip sekilas dari
blurbnya. Empat paragraf barisan hurup-hurup yang tercetak pada bagian belakang
cover itu, cukup untuk membuatku jatuh cinta dan segera ingin meminangnya. Pada
covernya juga tertulis The Book of Ikigai Untuk Hidup Seimbang, Lebih Bahagia dan
Panjang umur. Keren banget kan?
Dalam Bahasa Jepang, Ikigai
merupakan istilah umum yang dapat digunakan bukan hanya untuk mencapai target
atau prestasi-prestasi besar. Tetapi dapat pula digunakan pada hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari secara luwes.
Secara harpiah Ikigai
terdiri dari dua kata Iki (untuk hidup)
dan gai (alasan).
Ikigai telah menjadi konsep
hidup yang mengakar dalam budaya bangsa Jepang, mereka menggunakan ikigai dalam
kehidupan sehari-hari, meski tidak selalu tahu apa arti istilah itu
sesungguhnya.
Hal itu membuktikan betapa
pentingnya ikigai, terutama jika diperhitungkan hipotesis leksikalnya, seperti
yang pertama kali dikemukakan oleh Francis Galton pada abad ke 19. Menurut
psikolog Inggris ini, sifat-sifat individu yang penting dalam kepribadian suatu
ras menjadi tertanam dalam bahasa kebudayaan itu, semakin penting sifatnya,
semakin mungkin terbentuk menjadi sebuah kata. Fakta bahwa Ikigai telah
terbentuk menjadi sebuah lafal, menandakan konsep ini mengacu pada sebuah
karakteristik psikologis utama yang relevan dengan kehidupan bangsa Jepang.
Ikigai melambangkan kebijaksanaan
hidup bangsa Jepang, kepekaan dan tatalaku yang berkaitan dengan unik pada
masyarakat Jepang, yang telah berevolusi selama lebih dari ratusan tahun dalam
sebuah kelompok yang erat.
Terdapat lima pilar dalam Ikigai yaitu :
a. Pilar 1 : Awali dengan
hal yang kecil
b. Pilar 2 : Bebaskan
diirimu
c. Pilar 3 : Keselarasan dan
kesinambungan
d. Pilar 4 : Kegembiraan dari
hal-hal kecil
e. Pilar 5 : Hadir di tempat
dan waktu sekarang
Masing-masing pilar tersebut
menyediakan kerangka sebagai fondasi yang sangat penting untuk memahami Ikigai
dengan baik, sehingga seorang individu dapat mengembangkan ikigainya. Pilar-pilar
ini tidak memiliki urutan khusus atau hierarki dan saling berhubungan satu sama
lain.
Ken Mogi dalam buku ini
mengajak kita untuk menemukan ikigai masing-masing, dengan menyajikan
serangkaian kisah inspiratif orang-orang yang memiliki ikigai. Sehingga mereka
mendapat pencapaian yang sangat luarbiasa.
Tapi jangan salah sangka
dulu ya teman-teman, memang benar orang yang mempunyai ikigai bisa
menghasilkan kesuksesan. Tapi kesuksesan itu bukan prasyarat untuk memiliki
ikigai. Jadi ikigai bisa dimiliki oleh siapa saja.
Kisah yang paling di higlight
oleh Ken Mogi disini adalah keberhasilan
seorang Jiro Ono, pemimpin restoran sushi Sukibayashi Jiro, yang mendapatkan
pujian dari presiden Barack Obama.
Pemimpin negeri Paman Sam
itu dalam sebuah laporan, mengatakan bahwa sushi yang dinikmatinya pada sebuah
jamuan malam, dalam salahsatu kunjungannya ke Jepang. Merupakan sushi terlezat yang pernah dia
makan.
Tentu saja pujian itu sangat
istimewa karena datang dari seseorang yang dibesarkan di Hawaii, dimana pengaruh
Jepang sangat kental di sana termasuk sushi. Jadi Obama tahu banget dong mana
sushi yang enak dan enggak. Terus sebagai seorang presiden, tentu Obama
memiliki pengalaman haute cuisine (proses memasak dan penyajian makanan
kualitas tinggi dengan gaya hidangan
tradisional Prancis) sebelumnya.
Sebagai pemilik restoran
sushi yang ternama di dunia seperti Jiro Ono, mendapat pujian dari seorang
presiden Amerika Serikat dan diakui sebagai koki bintang tiga Michelin tertua
merupakan sumber bagi ikigai. Tetapi ikigai tidak terbatas pada ranah-ranah
pengakuan duniawi.
Ono bisa menemukan ikigai
dari hal-hal sederhana seperti dapat menyuguhkan tuna terlezat kepada seorang
pelanggan yang tersenyum. Atau dapat merasakan udara segar, saat dia akan pergi
ke pasar ikan Tsukiji pada waktu fajar.
Ia juga bisa menemukan
ikigai dalam secangkir kopi yang dinikmatinya saat akan mengawali hari. Bahkan
ikigai dapat ditemukan oleh Ono pada sinar lembut mentari pagi yang menembus
dedaunan , ketika berjalan menuju restorannya yang berada di pusat kota Tokyo.
Karena memiliki makna ikigai
yang begitu mendalam, lelaki tua ini pernah menyampaikan harapannya ingin mati
saat membuat sushi. “Mungkin sushi terakhir yang kubuat adalah kohada”
Meskipun pada kenyataannya untuk
membuat sebuah hidangan sushi yang lezat, banyak langkah-langkah sepele yang sangat monoton
serta menghabiskan waktu yang harus ia lakukan.
By the way, tahu kah
teman-teman? Dalam sebuah riset yang dilaksanakan selama tujuh tahun, dengan
responden sebanyak 54.996 klien Pusat Kesehatan Publik Osaki dengan rentang
usia 40 sampai 79 tahun. Hasil penelitian tersebut kemudian dirilis dalam
sebuah jurnal kesehatan yang berjudul Makna Hidup yang Pantas [Ikigai] dan Mortalitas
di Jepang: Studi Oshaki, dll yang diterbitkan pada tahun 2008. Dapat
disimpulkan bahwa mereka yang memiliki rasa ikigai, dengan mengacu pada
kerangka berpikir para responden dapat menciptakan kehidupan yang aktif dan
bahagia.
Si Cantik Teman Diakhir Pekan
Buku ini, dengan ketebalan kurang dari dua ratus halaman
dapat saya selesaikan hanya dalam 2-3 hari. Selain tidak terlalu tebal, membaca
buku ini sangat menyenangkan. Menyimak kisah orang-orang yang memiliki ikigai
membuat saya terinspirasi juga terkagum-kagum, dengan kesabaran dan kekuatan
untuk mendapatkan ikigai mereka.
Bukan hanya itu, yang
membuat saya betah membaca karya Ken Mogi,Ph.D ini. Bukan hanya cover depannya
saja lho yang didesai dengan cantik, bagian dalamnya juga. Judul pada setiap
bab dicetak dalam kertas berwarna ping tua berhiaskan bunga sakura, begitupun
dengan kata-kata pentingnya. Sehingga mudah ditemukan saat ingin membacanya
lagi. Gemesh girly pisan.
Jadi teman-teman si cantik
ini bisa banget dibaca pada akhir pekan sebagai teman untuk melepas lelah dan
jangan lupa temukan ikigaimu.
No comments:
Post a Comment
Komentar anda merupakan sebuah kehormatan untuk penulis.